SUARA CIREBON – Para petani di Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon mulai melirik metode pertanian padi yang dikembangkan Usman Effendi, petani penemu padi varietas baru Kabupaten Cirebon.
Mereka merasa tertarik untuk ikut menerapkan metode pemeliharaan tanaman padi semi organik setelah sejumlah petani setempat sukses menerapkannya hingga menghasilkan panen yang melimpah.
Salah satu petani Desa Sampiran yang telah merasakan hasil dari penerapan metode tersebut, Makin (49), mengaku ada peningkatan hasil panen yang signifikan usai menggunakan metode tersebut. Setelah puluhan tahun menjadi petani padi, baru kali ini ia merasakan hasil panen yang melimpah.
Ia mengatakan, hasil panen untuk luas lahan garapannya seluas satu bau, bisa mencapai 5,1 ton. Jika dibandingkan dengan sebelum menggunakan metode pemeliharaan semi organik yang hasilnya hanya 3,5 ton, ada selisih 1,6 ton per bau.
“Biasanya kalau panen dapatnya 3,5 ton per bau, itu sudah paling bagus. Tapi sekarang bisa sampai 5,1 ton, padahal lahan di sini jauh dari sistem irigasi, airnya kurang memadai,” ujar Makin, Rabu, 23 Juli 2025.
Ia menjelaskan, metode semi organik ini sangat membantu dirinya dalam bertani padi. Dengan menggunakan metode tersebut, biaya pemeliharaan menjadi jauh lebih irit, namun hasil panen sangat maksimal. Hal itu yang membuat puluhan petani lainnya sangat antusias ingin ikut menerapkannya.
“Kalau dulu kan kami harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 5 juta, dari pemupukan sampai panen, itu di luar biaya tanam, bajak, dan lainnya. Tapi sekarang hanya Rp 1,6 juta, untuk kebutuhan yang sama. Jadi, biaya irit tapi hasilnya banyak, makanya banyak teman saya yang ingin ikut,” kata Makin.
Selain itu, masa panen juga menjadi lebih cepat dengan bulir yang bagus dan warna kuning bulir merata. Tanaman padi di lahan sewa yang berlokasi di Blok Sumberan, Desa Cirebongirang ini, sudah bisa dipanen di usia padi 80 hari.
Sementara, Usman Effendi menjelaskan, proses pemeliharaan tanaman padi dengan hasil maksimal ini tetap menggunakan pupuk urea dan ponska. Namun dosis pemakaian kedua jenis pupuk kimia tersebut sangat minim dan dibatasi sesuai kebutuhan.
Pupuk organik, termasuk obat organik untuk penyemprotan, mulai digunakan setelah pengaplikasian pupuk kimia selesai dilakukan.
Hebatnya lagi, pupuk organik yang digunakan ini merupakan hasil racikan Usman sendiri. Termasuk insektisida untuk mengusir penyakit sundep.
“Jadi ini masih semi organik,” kata Usman Effendi.
Ia menyampaikan, penyakit sundep merupakan salah satu penyakit pada tanaman padi yang ditakuti petani. Ketika padi diserang sundep akan muncul bercak daun dan daun menguning, mengering lalu mati.
“Kalau sudah kena sundep, berarti harus diobati lagi. Berarti kan biayanya dobel, tapi hasil panennya justru turun,” ungkapnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.















