SUARA CIREBON – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon banyak menerima laporan terkait paket menu Makan Berbasis Gizi (MBG) yang diganti dengan makanan olahan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) selaku dapur penyedia dan pengolah program MBG.
Setiap Sabtu, SPPG mengganti menu MBG dengan makanan olahan seperti biskuit, roti, susu dan sejenisnya.
Ketua Tim Kerja Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kabupaten Cirebon, Musrifah, mengatakan, meski banyak menerima laporan terkait hal tersebut, namun pihaknya mengaku tak bisa berbuat banyak.
Pasalnya, hingga saat ini pihaknya belum mengetahui petunjuk teknis (juknis) dari Badan Gizi Nasional (BGN) terkait menu BMG tersebut. Namun, pihaknya menyayangkan pemberian menu MBG yang menggunakan makanan olahan pabrikan.
“Banyak laporan kalau setiap hari Sabtu ada SPPG menganti makanan real food menjadi makanan olahan seperti biskuit, roti dan susu serta sebagainya,” ujar Musrifah, Senin, 27 Oktober 2025.
Sebagai ahli gizi, Musrifah sangat tidak menyarankan menu MBG diganti dengan makanan olahan pabrik. Pasalnya, kandungan gula di dalam roti dan biskuit cukup tinggi. Sementara untuk susu yang disajikan, kebanyakan dicampur air dan gula dengan kandungan susu yang minim.
“Kami dari ahli gizi tidak menyarankan. Sebagai seorang ahli gizi saya lebih menyarankan real food dari pada makanan olahan,” kata Musrifah.
Menurutnya, tujuan MBG salah satunya adanya unsur edukasi, mengubah perilaku konsumsi kepada menerima manfaat. Melalui program MBG ini, pihaknya mengedukasi anak-anak pelajar untuk membiasakan makanan real food, bukan makanan olahan.
“Kalau menu MBG menggunakan makanan olahan, dikhawatirkan akan tertanam bahwa makanan olahan itu sehat,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, Hj Eni Suhaini menegaskan, menu MBG yang diberikan kepada para murid harus melalui proses memasak. Menu MBG tidak boleh diberikan dalam bentuk makanan ringan atau kemasan.
“Jadi, menu makanannya harus dimasak, tidak boleh dalam bentuk makanan ringan,” ujarnya singkat.
Sebelumnya, sejumlah orang tua di salah satu sekolah swasta di Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, mengeluhkan menu MBG yang disajikan oleh SPPG yang dinilai tidak sesuai dengan prinsip makanan bergizi seimbang. Pasalnya, menu MBG di sekolah tersebut didominasi oleh produk olahan pabrikan.
Meskipun secara tampilan terlihat menarik, namun menu berisi biskuit gandum kemasan, donat, susu UHT, dan pisang dianggap kurang mewakili konsep makanan bergizi seimbang, karena sebagian besar merupakan makanan olahan dengan kadar gula dan lemak tinggi.
“Kami khawatir anak-anak malah terbiasa makan yang instan dan manis-manis. Harusnya kalau namanya pemenuhan gizi, menunya lebih alami dan bervariasi,” ujar salah satu orang tua siswa yang enggan disebutkan namanya.
Sejumlah orang tua juga menyoroti kemungkinan adanya bahan tambahan seperti pewarna, pemanis, dan pengawet buatan dalam produk MBG tersebut. Menurut mereka, makanan seperti donat dan biskuit kemasan bukan termasuk kategori makanan sehat jika dikonsumsi rutin oleh anak-anak usia sekolah dasar.
“Donat dan biskuit itu jelas pakai bahan tambahan pangan. Kalau cuma sesekali mungkin tidak masalah, tapi kalau jadi program rutin, kami keberatan,” kata seorang wali murid lainnya.
Mereka meminta pemerintah seharusnya lebih ketat dalam menyeleksi penyedia makanan yang bekerja sama dengan SPPG. Mengingat program MBG ini bertujuan meningkatkan kualitas gizi anak sekolah, bukan sekadar memberi makanan cepat saji.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.















