SUMBER, SC- Selama musim kemarau panjang di tahun 2019, 871 lahan hektare (ha) sawah mengalami kekeringan. Dari jumlah tersebut, ada beberapa kategori lahan sawah yang mengalami kekeringan, dari ringan, sedang hingga berat (puso).
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon, Ir H Ali Efendi menyampaikan, Kabupaten Cirebon termasuk dalam zona merah pada kemarua panjang ini, yang menyebabkan ratusan lahan hektare sawah dilanda kekeringan.
“Ratusan lahan hektare sawah yang dilanda kekeringan ada kategorinya. Kategori ringan ada 553 hektare, yang sedang 156 hektare, berat 181 dan puso 22 hektare. Artinya kalau ringan, risikonya baru kekeringan 25 persen, sedang 50 persen, berat 75 persen, dan kalau puso gagal aatau gak bisa dipanen,” papar Kadis Pertanian kepada Suara Cirebon, Senin (1/7).
Pada kasus kekeringan tahun ini, menurutnya, Dinas Pertanian sudah melakukan rapat koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan intansi terkait. Untuk kategori puso, karena memeng daerahnya tidak ada curah hujan dan sumber air seperti Kecamatan Greged.
“Ini memang kita sudah lakukan rapat koordinasi dengan BBWS dan DPUPR untuk penambahan suplai. Kami juga mengoptimalkan sumber air dengan bantuan-bantuan pompa, baik dari APBN, APBD Provinsi Jawa Barat maupun kabupaten,” lanjut dia.
Diakuai, pihaknya sedang rapat dengan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat terkait kekeringan. Dalam kesempatan itu phaknya menyampaikan 871 lahan hektare sawah yang dilanda kekeringan dan 2.000 hektare sawah yang statusnya terancam kekeringan.
”Yang terancam itu masih aman mas. Tapi kalau tidak diairi baru naik ke zona ringan, intinya seperti itu,” sambung Ali Effendi.
Pada kemarau panjang tahun ini, kata dia, Indonesia tergolong tertinggi, termasuk Kabupaten Cirebon. Sehingga curah hujannya lebih rendah. Karena itu, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon akan mengawal DBBWS agar bisa mensupalai air dengan ukuran 13 kubik per detik. (M Surya)