Satu Per Satu Keluarga TKW yang “Hilang” Anak Buka Suara, Terbaru asal Gegesik 10 Tahun Tanpa Kabar
GEGESIK, SC- Setelah Turini berhasil dipulangkan oleh Pemerintah ke kampung halamannya, satu persatu Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kabupaten Cirebon yang mengalami hal serupa mulai bermunculan. Kepulangan Turini yang sempat hilang kontak selama 21 tahun membuka kembali harapan keluarga agar anak mereka bisa ditemukan dan pulang ke tanah air dengan selamat.
Mulanya TKW asal Desa Lungbenda Kecamatan Palimanan, Fitriyah. Kemudian Carmi dari Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan. Kemarin muncul nama Kasiri (30) warga Blok Carik RT 01 RW 01 Desa Jagapura Lor, Kecamatan Gegesik.
Melihat keberhasilan pemerintah memulangkan Turini, harapan serupa juga disampaikan para orang tua TKW tersebut. Seperti Fitriyah dan Carmi, TKW yang merupakan anak keempat dari sebelas bersaudara pasangan suami istri Sari’ah (53) dan almarhum Wasita itu juga hilang kontak dengan pihak keluarga.
Orang tua TKW, Sari’ah mengatakan, sepengetahuannya Kasiri berangkat ke Jordania sebagai TKW sejak 2009 silam. Namun, ia mengaku tidak tahu nama PJTKI penyalur TKW yang telah memberangkatkannya.
Satu-satunya dokumen yang dimiliki dan berisi nama majikan dan alamatnya itu rusak akibat rumahnya kebocoran saat hujan lebat. “Sponsornya orang sininya saja, tapi waktu berangkat ke Jakarta yang membawa anak saya tuh suaminya. Terus katanya sih (proses) pemberangkatannya waktu di Jakarta melalui teman-teman (suaminya) sponsor lagi. Jadi tidak langsung dia yang ngurus,” ujar Sari’ah.
Sari’ah menuturkan, setelah mendapat majikan di negara tujuan, komunikasi dengan Kasiri masih terjalin baik. Bahkan, Kasiri sempat menceritakan sikap majikan perempuannya yang kerap bertindak kasar. Akibat sikap majikannya itu, Kasiri sempat mengabarkan akan pindah majikan.
“Waktu masih tiga bulan kita masih teleponan. Katanya waktu itu dia mau pindah, karena majikan perempuannya kasar,” kata Sari’ah.
Setelah tiga bulan berlalu, Kasiri kembali mengabarkan keberadaannya yang sudah berada di rumah majikan yang lain. Pada majikan barunya, Kasiri kembali menelpon keluarga mengabarkan keberadaan dirinya.
Dalam percakapan via sambungan telepon itu, Kasiri juga menceritakan sikap majikan laki-laki yang suka iseng memegang-megang tangannya. Akibat ulah majikannya itu, Kasiri diduga ketakutan dan melarikan diri alias kabur dari rumah majikan keduanya.
“Kata anak saya, majikan kedua yang laki-laki tuh suka megang-megang tangan. Jadi kayaknya anak saya pindah majikan lagi. Telepon terakhir itu waktu dia ada di majikan kedua, sekitar 7 bulanan. Setelah itu tidak ada komunikasi lagi sampai sekarang,” paparnya.
Menurut Sari’ah, putusnya komunikasi dirinya dengan Kasiri disebabkan karena handphone (HP) satu-satunya yang dipunya, hilang. Selama tujuh bulan berada di dua rumah majikan Kasiri sempat mengirimkan gajinya sebesar Rp6 jutaan.
“Ya karena HP saya hilang jadi nomornya juga hilang. Jadi sampai sekarang tidak bisa telepon lagi,” katanya.
Upaya untuk meminta Kasiri dipulangkan ke Indonesia sudah dilakukan Sari’ah dan keluarga. Ia mengaku sudah mencoba mendatangi PT yang memproses keberangkatan anaknya dan mendatangi BNP2TKI di Jakarta.
Namun, sampai sekarang laporannya tidak membuahkan hasil. Kini, ia berharap pada pemerintah daerah (pemda) melalui dinas terkait agar bisa memulangkan Kasiri seperti yang sudah dilakukan terhadap TKW Turini.
Menanggapi TKW asal Jagapura Lor yang hilang kontak di Jordan, Plt Bupati Cirebon, Imron Rosyadi mengaku belum punya link khusus seperti ke Arab Saudi. Namun demikian, Plt Bupati akan berkoordinasi dengan Disnakertrans Kabupaten Cirebon untuk membantu proses pemulangannya.
“Kalau ke Jordan saya belum punya jaringan, tapi nanti saya akan koordinasi dengan Disnakertrans untuk menghubungi KBRI Jordan. Silahkan keluarga TKW melapor saja ke Disnakertrans,” ungkapnya. (Islah)