RIBUAN warga tumpah rauh mengikuti karnaval Memayu Buyut Trusmi, pada Minggu (20/10/2019). Sehari usai Memayu Buyut Trusmi sejumlah warga dari berbagai daerah berbondong-bondong ikut membantu tradisi ganti welit di Komplek Makam Buyut Trusmi Cirebon, Senin (21/10/2019).
Upacara ganti welit atau biasa disebut ganti atap merupakan tradisi di komplek makam Buyut Trusmi Cirebon dan dilaksanakan setiap tahun dengan mengunakan bahan dari daun alang-alang. Menurut pembantu juru kunci Makam Kramat Buyut Trusmi, Banata (74), kalau di Komplek Makam Buyut Trusmi melakukan tradisi ganti welit. “Setiap tahun kita ganti welit dari Alang-alang. Untuk tahun ini sekitar sembilan bangunan dari bangunan wilayah Timur sampai Selatan, tahun depannya dari wilayah Utara dan Barat,” katanya.
Tradisi tersebut lanjut Banata, sudah dilakukan setiap tahunnya seusai Karnaval Mamayu Buyut Trusmi. “Minggu kita adakan karnaval dan Seninnya diadakan tradisi ganti welit. Kenapa hari Senin karena dari dahulu semua tradisi di Buyut Trusmi hari Senin. Selain tradisi ganti welit di Komplek Makam Buyut Trusmi juga ada tradisi ganti sirab yang dilakukan setiap empat tahun sekali,” tambahnya.
Untuk biaya tradisi Memayu Buyut Trusmi dan ganti welit tidak mengunakan dana dari pemerintah daerah. “Semua biaya alhamdullilah dari sumbangan warga sekitar Trusmi dan luar Trusmi. Untuk dari pemerintah, kami tidak menerima karena kalau biaya dari pemerintah daerah nantinya pekerjaannya dari sana semua. Kami ingin yang mengerjakan dari keturunannya sendiri dan biasanya dibantu oleh warga sekitar makam dan luar kota ada dari Bandung, Jakarta, dan Jawa Tengah dan secara sukarela,” katanya.
Sementara arak-arakan Memayu Buyut Trusmi berlangsung sejak pukul 05.30 WIB. Disaksikan dan dipenuhi ribuan masyarakat dari Cirebon dan sekitarnya. Minggu (20/10/2019). Sekitar jam 07.00 WIB, iring – iringan pasukan Dayak dari panitia mendayung Buyut Trusmi membuka jalan agar penonton tidak merangsek ke tengah jalan. Dan, tidak berapa lama, rombongan abdi dalem Buyut Trusmi lewat dengan membawa daun bambu dan welit atau atap bambu yang akan dipasang di komplek makam Buyut Trusmi pada Senin (21/10/2019).
Setelah rombongan abdi dalem lewat, arak–arakan rombonganpun datang, tak kurang 30 patung diperlombakan meramaikan tradisi dan budaya dengan menghias patung-patung sebagus mungkin, karena diperlombakan dalam arak-arakan ini.
“Kegiatan ini sangatlah kental dengan budaya sehingga perlu terus dilestarikan. Sebab, Memayu Buyut Trusmi salah satu tradisi dan budaya menjadi daya tarik sendiri sebagai budaya kearifan lokal yang sangat perlu dilepas dan dikembangkan menjadi alat pemikat wisatawan lokal juga asing untuk berkunjung ke desa Trusmi sekaligus melihat pengrajin batik yang ada di Trusmi,” Edi.
Dikatakan Hamil mantan penyiar Rsk, Memayu Buyut Trusmi merupakan salah satu event budaya yang sayang untuk dibiarkan tanpa ada dukungan dari pihak Pemda maupun instansi terkait, agar tradisi dan budaya memayu Buyut Trusmi eventnya bisa dinasionalkan.
“Coba kita bisa lihat, ribuan warga yang ingin menonton, rela berdesakan sejak subuh. Jadi sangat disayangkan kalau tradisi dan budaya ini hanya selayang pandang. Ini sangat perlu untuk dikenai dan dikembangkan lebih menasional eventnya agar bisa menjadi magic wisatawan lokal dan asing. Saya sendiri sebagai warga Kabupaten Cirebon merasa bangga melihat tradisi dan budaya ini,” ungkapnya.
Sementara itu, sesepuh Desa Trusmi Kulon, Kyai Tony Syach menuturkan, Memayu Buyut Trusmi memiliki makna khusus untuk mempererat silaturahmi antar warga dan pengunjung. “Selain itu, pihaknya juga menyiapkan aneka makanan di komplek makam bagi warga yang ingin santap siang usai arak-arakan,” tandasnya. (Aga/SC)