Ketua LP2M IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Ahmad Yani MAg mengatakan, kegiatan yang diselenggarakan Pusat Studi Gender dan Anak di lembaga yang dipimpinnya ini diikuti 120 peserta yang terdiri dari guru PAUD, TK, RA, SD, SMP, mahasiswa calon guru, dan sejumlah aktivis perempuan dan anak yang berasal dari Kota dan Kabupaten Cirebon.
“Tujuan kegiatan ini, karena di era digital ini medsos diakui telah memberikan nilai positif, tapi banyak dampak negatifnya juga. Hal itu dapst dilihat dari banyaknya anak dan remaja yang mengalami ketergantungan dalam menggunakan gaget dan game online,” katanya.
Untuk itu, Yani menjelaskan, kegiatan yang menghadirkan narasumber Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak Atas Pendidikan, Kreativitas, dan Budaya pada Deputi Bidang Tumbuh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dra Elvi Hendrani, dan perwakilan dari Dinas Komunikasi Informasi dan Statistik (DKIS) Kota Cirebon Dodi Solahudin ST MT ini dilaksanakan dalam rangka memberikan edukasi dan proteksi dini terhadap penggunaan ganjet dan game online kepada anak dan remaja secara berlebihan.
“Jadi intinya kegiatan ini memberikan edukasi untuk perlindungan terhadap mereka. Outputnya adalah memberikan rekomendasi agar para pendidik dan orang tua bisa memberikan perlindungan kepada anak dari ketergantungan gaget dan game online dengan tidak memberikan gaget online sebagai cara untuk agar anak tidak merepotkan lalu diberikan itu. Dengan kata lain ada aturan main yang tegas agar para peserta didik tidak tergantung pada game online dan gaget,” jelasnya.
Langkah sederhanya, lanjut dia, bagaimana guru dapat bekerjasama dengan orang tua untuk mengawasi anak dalam penggunaan gaget. Pasalnya, dalam penggunaan smartphone ini ada rambu-rambu yang harus dipatuhi. Seperti untuk anak usia 0 sampai 4 tidak disarankan menggunakan gaget, sedangkan untuk anak SD maksimal pengunaannya hanya 40 menit dan diawasi, untuk anak SMP 60 menit dan diawasi.
“Nah itu rekomendasi dari narasumber. Selanjutnya bagaimana mencari peran pengganti agar tumbuh kembang mereka tidak kecanduan gaget dan game online dengan memberikan kegiatan serupa yang lebih edukatif seperti video islami yang telah diproduksi beberapa penerbit,” tandasnya. (Arif)