CIREBON, SC- Para pengguna kendaraan khususnya roda dua yang melintas di Jalan Pilang Raya perbatasan Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon harus waspada. Pasalnya rekahan permukaan di jalan tersebut bisa membahayakan.
Rata-rata pelintas mencemaskan roda kendaraannya terselip di antara rekahan aspal. Mereka pun harus pintar-pintar mengemudikan kendaraannya agar tak terjatuh.
Selain itu, di jalur Jalan Pilang Raya ini sangat minim penerangan jalan umum. Sehingga saat dimalam hari kondisi ruas jalan yang merekah tidak terlalu terlihat atau samar-samar.
Jalan yang rekah atau retak ditemukan di beberapa titik sepanjang depan Markas Batalyon Arhanudse 14 Cirebon. Salahsatu titik yang terparah tampak tepat di depan dinding identitas markas.
Kepada Suara Cirebon pengendara yang melintas di jalan tersebut, Abdul Hakim mengatakan, kondisi rusa jalan yang sudah merekah ditambah dengan mulainya musim hujan akan sangat mengkhawatirkan. “Apalagi sekarang sudah mulai turun hujan. Kalau lewat situ pas malam hari dan hujan, semakin mengkhawatirkan,” kata Abdul Hakim pengendara asal Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, A yang kerap melintasi Jalan Pilang Raya, Selasa (10/12).
Menjurut Hakim, mulainya musim penghujan ini bisa membuat kondisi jalan semakin rusak. Penglihatan pun terasa ternggu ketika hujan turun.
Kondisi jalan itu membuat perjalanannya tak lagi nyaman. Karenanya, tak jarang dia memilih jalur pantura Kedawung-Tuparev sebagai akses lainnya.
Keadaan jalan yang membahayakan diakui pula Lurah Sukapura, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Muhaimin. Sebagian kawasan Pilang diketahui termasuk Kelurahan Sukapura.
“Saya pernah lewat situ (Jalan Pilang Raya), memang membahayakan. Takutnya kalau roda sepeda motor keselip lalu jatuh,” ungkapnya.
Menurutnya, rekahan Jalan Pilang Raya sudah cukup lama tampak. Hanya, beberapa titik menunjukkan perkembangan yang memprihatinkan karena keretakan semakin besar dan lebar.
Kerekahan permukaan Jalan Pilang Raya merupakan perulangan. Meski belum diketahui pasti, menurutnya kondisi itu dimungkinkan akibat kontur tanah sekitar yang labil.
“Dulu kan daerah situ sawah-sawah. Tanahnya termasuk tanah hidup yang terus bergerak,” cetusnya. (M Surya)