ARJAWINANGUN, SC- Puluhan konsumen PDAM dari Kecamatan Panguragan dan Arjawinangun menggeruduk Kantor Cabang PDAM Arjawinangun, Kamis (2/1). Mereka datang melakukan protes keras karena sudah sejak lama air dari pipa PDAM tidak ngocor ke rumah-rumah mereka.
Salahsatu konsumen asal Perumahan Grand AWN Arjawinangun, Yahya (39) mengatakan, kondisi itu sudah terjadi sejak masih musim kemarau, sekitar tiga bulan. Anehnya, kendati musim kemarau sudah berganti musim penghujan sekitar satu bulan lamanya, namun kondisi itu masih saja terjadi.
Menurut Yahya, sebelumnya aksi protes juga sudah sering ia sampaikan langsung ke kantor cabang tersebut. “Keluhan sudah sering saya sampaikan, tapi ya itu tidak pernah ada solusi,” ujar Yahya.
Meski air tidak keluar, sebagai konsumen dirinya tetap harus membayar tagihan setiap bulannya Rp120 ribu sampai Rp140 ribu. “Di (perumahan) Grand AWN ini ada yang kebagian (air) ada yang nggak, ada yang dua minggu baru kebagian air. Tadi hasil audiensi dengan Pak Ade (kepala cabang PDAM) alasannya karena debit air kurang. Saya enggak puas dengan jawaban itu karena sudah satu bulan musim hujan,” kata Yahya.
Dijelaskan, hasil dialog dengan Kepala Cabang (Kacab) PDAM Arjawinangun tidak membuahkan hasil. Karena masih belum ada titik terang. Pihak PDAM mengaku membutuhkan waktu tiga bulan untuk proses pelayanan bisa normal.
“Jawaban dari sebelumnya selalu sama, sedang perbaikan ini perbaikan itu, cuma realisasinya sama (tidak jelas) seperti ini,” tegasnya.
Masih kata Yahya, kondisi yang terus berlangsung sejak lama itu membuat konsumen menduga PDAM menganaktirikan pelanggan dari masyarakat umum dan lebih mengutamakan salahsatu perusahaan yang bergerak dalam bisnis water boom.
“Sebagian warga mengatakan bahwa air itu mengalir ke kolam renang, cuma kata pak Ade itu kolam renang alirannya dari Cibodas, Pesawahan. Saya sebagai warga juga menduga seperti itu, walaupun kacab beralasan seperti itu tetap saja tidak puas karena nyatanya di sini kekurangan air sedangkan di mana-mana air melimpah,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, warga asal Kecamatan Panguragan, Mahmud mengatakan, kedatangannya ke kantor tersebut untuk meminta perbaikan pelayanan dan kompensasi atas pelayanan yang buruk selama ini. Selain itu, dia juga meminta agar PDAM memberitahu kepada konsumen ketika akan ada penutupan aliran air.
“Harusnya ada kompensasi, kita kalau terlambat saja dikenakan denda. Sekarang sudah berapa bulan dan tidak memberikan kompensasi apapun, jadi kami minta kejalasan apa kompensasinya,” tandas Mahmud.
Menurut Mahmud, keluhan demi keluhan yang disampakan konsumen tidak pernah ditindaklanjuti. PDAM tidak pernah kroscek ke konsumen untuk mengetahui penyebabnya.
“Dia (PDAM) berdasarkan tulisan saja, kalau ada yang rusak harusnya kan diperbaiki. Kita kan membayar,” tukas Mahmud.
Di Kecamatan Panguragan, imbuh Mahmud, air PDAM tidak keluar sudah hampir tiga bulan. Namun konsumen masih tetap membayar, bahkan ada yang masih harus membayar dengan mahal.
“Jadi itu yang keluar itu apa, enggak bayar tetap kena denda. Kita merasa dirugikan, sebaliknya PDAM tidak memberikan kompensasi apa-apa saat air tidak ngocor,” terangnya.
Setelah mengetahui hasil audiensi dengan Kacab PDAM Arjawinangun, masyarakat konsumen berencana mengadu ke DPRD Kabupaten Cirebon.
Menanggapi hal itu, Kacab PDAM Arjawinangun, Ade Kusnindar mengatakan, kondisi itu terjadi akibat debit air mengalami penyusutan pasca melewati panjangnya musim kemarau kemarin. Penurunan debit air terjadi hingga di angka 50 persen.
“Akibatnya debit air drop, khususnya yang ke wilayah Panguragan dan Perumahan Grand AWN Arjawinangun merosot sampai 50 persen. Sampai sekarang, walaupun sudah ada hujan tapi belum ada peningkatan debit air,” kata Ade.
Untuk itu, pihaknya menerapkan sistem gilir kepada para konsumen. Melalui itu, dimungkinkan ada beberapa konsumen yang tidak ngocor airnya. Khususnya konsumen yang lokasinya berada di ujung dan tinggi elevasinya.
“Untuk normalisasinya masih butuh waktu, karena mata air itu perlu waktu resapan dua sampai tiga bulan. Berbeda kalau sumber airnya dari air permukaan sungai yang WTP (Water Treatment Plant), itu air langsung kumpul di sungai sehingga air langsung bisa mengolah dan beroperasi secara normal,” papar Ade.
Menaggapi tudingan konsumen yang menyebutkan bahwa air PDAM lebih banyak dialirkan ke kolam renang di wilayah Arjawinangun, Ade menganggap itu sebagai hal yang wajar. Pasalnya, mereka tidak tahu sistem yang dipakai oleh PDAM Arjawinangun.
Dijelaskan, PDAM Arjawinangun menggunakan tiga sistem pelayanan dan tiga sumber air. Untuk konsumen masyarakat umum, PDAM menggunakan sumber air dari mata air Cikalahang.
“Kalau untuk kolam renang itu beda lagi jalurnya, itu dari Mata Air Cibodas, Pesawahan. Dan air dari Cibodas relatif tidak ada penurunan signifikan karena ada tambahan sumber airnya. Jadi sebenarnya kalau timbul kecemburuan karena tidak tahu ya wajar juga. Bukan berarti kita menganaktirikan, tapi karena memang jalurnya beda,” paparnya seraya menambahkan, sumber air yang ketiga adalah dari WTP Ciwaringin. (Islah)