Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim MAg mengatakan, guru besar tersebut ialah Prof H Bambang Yuniarto MSi. Untuk mendapatkan gelar tersebut membutuhkan proses yang cukup lama, yaitu sejak 2011 lalu dan pada 1 Desember 2019 kemarin gelar tersebut berhasil disandangnya.
BACA JUGA: Ingin Kuliah di IAIN Cirebon? Persiapkan Diri dan Jadilah yang Terbaik
“Gelar profesor tersebut di bidang sosial dan kewarganegaraan. Prosesnya itu cukup panjang, yaitu sejak tahun 2011 lalu. Dan proses itu saya adalah salahsatu dari saksi sejarahnya. Sedangkan Untuk doktor baru yang dimiliki IAIN Syekh Nurjati Cirebon adalah Dr Dewi Fatmasari SE MSi yang bidang keilmuannya terkait Ekonomi Islam. Saya mengucapkan selamat kepada mereka berdua,” kata Sumanta ketika ditemui di ruangannya, Rabu (22/1/2020).
Dia mengungkapkan, prestasi tersebut merupakan bagian dari program akselerasi yang ada di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Hal itu dilakukan untuk mendukung para dosen sebagai tenaga pendidik agar bisa meraih prestasi tertingginya, yaitu profesor dan guru besar.
“Tentu saja ini juga berimplikasi pada status lembaga kita. Karena semua prodi atau institusi, guru besar ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas lembaga. Tidak bisa dilepaskan dari parameter perkembangan akademik. Sehingga hal itu menjadikan kita lebih percaya diri untuk bertransformasi dari IAIN ini menjadi Universitas Islam Negeri (UIN),” ujarnya.
Pasalnya, lanjut Sumanta, jika kampus ini diibaratkan sebagai tubuh yang setiap hari bekerja keras dan menguras energi, maka penambahan guru besar ini adalah vitamin yang menyegarkan tubuh. Sehingga, stigma yang menggap semakin hari guru besar ini semakin habis bisa terbantahkan.
BACA JUGA: Fiks, Relokasi Usaha Batu Alam Tahun Ini
“Dengan lahirnya guru besar ini kita optimis akan memunculkan dan memotofasi yang lain untuk mengikuti jejaknya. Walaupun sulit tapi ini bukti bahwa kita bisa menerobos itu. Pak Bambang ini membawa inspirasi insan akademik IAIN Syekh Nurjati Cirebon untuk mengikuti jejaknya, sehingga kemudian profesor dan doktor di kampus ini terus bertambah,” ucap Sumanta.
Dia mengungkapkan, saat ini IAIN Syekh Nurjati Cirebon telah memiliki 10 guru besar dan 77 doktor. Dan jumlah itu terbilang cukup fantastis untuk lembaga ini. Bahkan, dengan didukung 3 fariabel, seperti akademik, perluasan akses, dan infrastruktur, pihaknya optimis pengembangan kampus ini sangat terbuka lebar.
“Hal itu merupakan capaian tahun 2019 lalu yang sangat membahagiakan kita semua. Dan di tahun 2020 ini kita akan mengadakan rapat kerja lagi untuk mempersiapkan diri. Sehingga kita bisa semakin percaya diri untuk berkompetisi dengan perguruan tinggi lainnya. Karena dari berbagai bidang keilmuan kita sudah representatif,” jelasnya.
BACA JUGA: Oleng ke Jalur Kanan, Truk Tangki Dihajar Bis
Sementara itu, Prof H Bambang Yuniarto MSi mengatakan, untuk mendapatkan gelar profesor tersebut tidak diraih dengan mudah. Salahsatu momok menakutkan bagi semua yang ingin menjadi guru besar adalah menerbitkan scopus. Pasalnya, untuk menerbitkannya banyak persyaratan yang harus dipenuhi dan cukup sulit.
“Pada tahun 2011 saya menulis 2 scopus, tahun 2017 menulis 1 scopus, dan tahun 2018 menulis 2 scopus. Jadi totalnya saya sudah menulis 5 scopus. Karena menulis scopus ini menjadi sebuah persyaratan yang tidak bisa ditinggalkan untuk menjadi profesor, dan ini menjadi sebuah momok menakutkan bagi yang ingin merambah menjadi guru besar,” papar Bambang.
Namun, kata dia, berkat kerjasama dari semua pihak, terutama dari keluarga dan civitas akademika IAIN Syekh Nurjati Cirebon, dirinya berhasil melewati semua tantangan tersebut dan berhasil meraih gelar Profesor Sosial dan Kewarganegaraan yang terbilang masih langka dan satu-satunya di wilayah III Cirebon ini.
“Semoga dengan saya menjadi guru besar bisa menjadi spirit untuk temena-teman dan Insya Allah saya akan berbagi cara melangkah saya. Saya juga mengucapan terima kasih kepada istri saya, Pudjiati SPd, ibu kandung saya Sony, anak menantu atas doanya. Juga kepada Rektor IAIN Cirebon Dr H Sumanta Hasyim MAg, civitas akademika IAIN Cirebon, pendukung Prof Dr Maksum Ma (alm). Dirjen Pendis Kemenag Prof Dr Arskal Salim Gp PhD dan Prof Dr Bunyamin Maftuh selaku Direktur SDM Dikti,” ucap Bambang.
BACA JUGA: Februari Mulai Tata Ulang Pasar Harjamukti
Sekretaris Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Cirebon, Dr Dewi Fatmasari SE MSi yang baru menyandang gelar doktor ini menambahkan, untuk mendapatkan gelar tersebut juga ia raih tidak mudah. Karena, salahsatu persyaratannya, selain harus menjadi presenter di konferensi internasional juga diwajibkan untuk membuat scopus.
“Alhamdulilah saya juga sudah berhasil melaluinya. Secara basic saya itu ilmu ekonomi, tapi karena saya lama di IAIN lalu saya coba mengintegrasika keilmuan saya selama S1 dan S2 dengan pengalaman saya selama di IAIN Cirebon ini. Sehingga saya menulis disertasi tentang nilai-nilai Islam. Jadi itu integrasi antara Islam dan konfensional, alhamdulillah berhasil,” papar Dewi.
Dalam kesempatan ini, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Farihin Nur MPd berharap, lahirnya guru besar baru ini dapat memacu dosen lain untuk mengikuti jejaknya dan memberikan kontribusi kepada kampus ini dalam proses percepatan transformasi dari IAIN menjadi UIN.
“Saya yakin ini akan menginspirasi kawan-kawan dosen lainnya. Dan saya berharap Prof Bambang akan banyak memberikan kontribhsi keilmuannya di kampus ini khususnya di FITK. Karena seperti yang kita tahu, IAIN Cirebon ini tengah berikhtiar untuk bertransformasi dari IAIN menjadi UIN. Maka dengan bertambahnya jumlah guru besar, yaitu Prof Bambang bisa menjadi gizi di kampus ini untuk mempercepat proses itu,” pungkasnya. (Arif)