SUMBER, SC- DPRD Kabupaten Cirebon meminta Dinas Kesehatan, Kabupaten Cirebon segera melakukan penanganan serius kasus suspect (diduga) Corona yang terindikasi masuk Kabupaten Cirebon. Bahkan, Dinkes juga diminta melakukan monitoring ke setiap kecamatan melalui petugas Puskesmas-Puskesmas yang ada di Kabupaten Cirebon.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Rudiana SE, mengatakan, setidaknya Dinkes bisa melakukan monitoring dengan menerjunkan tim surveilance. Monitoring dan pemeriksaan diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya warga Kabupaten Cirebon lainnya yang suspek virus Corona.
BACA JUGA: Diduga Virus Dibawa Warga Waled Sepulang dari Taiwan
“Bahkan kalau bisa Dinkes melakukan monitoring ke kecamatan melalui Puskesmas-Puskesmas, barangkali ada warga (lain) yang terindikasi terkena virus tersebut,” sambung Rudiana, Senin (27/1).
Menurut Rudiana, warga Kabupaten Cirebon yang suspect virus Corona itu ditengarai karena baru pulang dari luar negeri. Sepengetahunnya, virus ini baru terdeteksi 14 hari setelah terinfeksi.
“Deteksi di pintu keluar bandara hanya (berlaku) bagi yang sudah terjangkit. Untuk (suspect) yang sudah meminum obat penurun panas mungkin tidak akan terdeteksi, karena suhunya sudah normal. Sehingga kemungkinan banyak yang lolos,” kata Rudiana.
Sementara itu, Kabid Kesehatan Hewan Distanbunakhut Kabupaten Cirebon, drh Encus Suswaningsih menjelaskan, virus Corona yang sedang marak terjadi di beberapa negara saat ini merupakan virus eksotik yang belum pernah ada di Indonesia. Menurutnya, virus tersebut berasal dari kelelawar yang dimangsa oleh ular dan ularnya sendiri terinveksi virus tersebut.
“Karena bersifat gnosis, penyebarannya dari hewan ke manusia. Tapi sepertinya antarmanusia juga sudah muncul,” kata Encus.
Untuk itu, pihaknya juga merasa bertanggung jawab untuk ikut mem-backup penanggulangan yang sedang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) dengan melakukan antisipasi yang sudah dilakukan jauh sebelum kasus Corona terjadi. “Karena kita memang sudah nyambung sejak kasus antraks dulu, jadi kita terus monitor,” paparnya.
Dijelaskan, langkah antisipasi yang dilakukan pihaknya itu dengan menginstruksikan para petugas paramedis di Rumah Potong Hewan (RPH) untuk memonitor keberadaan hewan ternak yang dijual di pasar hewan maupun yang akan dipotong di RPH.
BACA JUGA: Ke Depan Warga Miskin Beli LPG 3 Kg Pakai Kartu
“Sejak kemarin-kemarin sudah saya instruksikan kepada para petugas, bahwa hewan yang dijual maupun yang dipotong harus selalu sehat walaupun kita tidak menjual ternak eksotik. Tapi kita jadi fokus juga dipasar hewan weru. Karena disana ada dijual hewan eksotik, atau hewan liar,” sambung Encus.
Di Pasar Hewan Weru pihaknya lebih fokus dengan menekankan pada petugas paramedis untuk mengawasi asal mula hewan dan kondisi kesehatannya. Karena, sejauh ini pihaknya sulit mengontrol kegiatan para pedagang di pasar tersebut karena tidak mengantongi izin.
“Kalau ke manusianya itu bukan ranah kami, tapi ranah Dinkes. Kami hanya bisa mem-back up untuk ternaknya dengan cara memonitor dan melaporkan jika ada ternak yang dicurigai,” pungkasnya. (Islah)