Ketua LP2M IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Ahmad Yani MAg menjelaskan, sebelum terpilih mereka telah mengikuti seleksi di kampus setempat yang meliputi berkas, karya tulis, interview, hingga hafalan Alquran yang menentukan berhak atau tidaknya untuk mengikuti KKN Nusantara ini.
BACA JUGA: Jembatan Ambruk Akses Terputus
KKN Nusantara adalah bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam skala Nasional. Kegiatan tersebut diikuti mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang ada di Indonesia.
Kegiatan ini merupakan program kerjasama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama dengan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Tentang Kolaborasi Pengembangan Model Perguruan Tinggi Membangun Desa Melalui Program Pengabdian Masyarakat.
KKN Nusantara di NTT tersebut dikordinatori UIN Sunan Ampel Surabaya. Bahkan, untuk bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini harus melalui proses seleksi terlebih dahulu. Untuk pendaftaran dan proses seleksinya dilaksanakan LP2M di setiap PTKIN. Sehingga setiap kampus dapat mengirimkan mahasiswa-mahasiswi terbaiknya.
Untuk itu, Ahmad Yani selalu memberikan semangat dan support kepada 2 mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang terpilih dan lolos seleksi ini. “Kalian harus tetap kompak dan selalu menjaga nama baik almamater. Jangan pernah lelah untuk belajar dimanapun kalian berada. Be a good student, good attitude, so great your self,” katanya.
Selasa, (7/1/2020), sebanyak 62 mahasiswa terbaik dari UIN, IAIN dan STAIN seluruh Indonesia yang merupakan peserta KKN Nusantara beserta Kapusnya, berkumpul di Asrama Haji Kupang NTT.
Asrama itu terletak di Jalan Amabi No 7, Oebufu, Kecamatan Oebobo untuk melaksanakan apel pembukaan KKN Nusantara. Apel ini bertema “Peace Building mewujudkan moderasi beragama dalam membangun Indonesia dengan metode ABCD (Asset Based Community-Driven Development)”.
Acara ini dipimpin langsung Direktorat Tinggi Keagamaan Islam, Prof Dr Arksal Salim GP MAg. NTT sendiri mendapat nilai Kerukunan Umat Beragama (KUB) sebesar 81,1 yang berada ada urutan ke 2 se-Indonesia setelah Papua Barat dengan nilai 82,1. Untuk itu, daerah tersebut adalah nusa terindah toleransi dan hal itulah yang menjadi salahsatu alasan mengapa mahasiswa ini ditempatkan di NTT.
BACA JUGA: Solusi PKL, Pemkot Perbanyak Shelter
Tiga hari di Asrama Haji, peserta KKN Nusantara mendapat pembekalan mengenai metode ABCD. Metode tersebut merupakan suatu pendekatan untuk meberdayakan masarakat melalui sikap kolaboratif dengan memfokuskan pada mencari, menemukan dan mengembangkan asset atau potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Jenis assetnya sendiri terbagi menjadi 7, yakni asset bakat dan keterampilan individu, asosiasi dan jaringan sosial, institusi lokal, fisik, sumber daya alam, sumber daya keuangan dan sosial budaya.
Sabtu, 11 Januari 2020, peserta KKN beranjak dari tempat pembekalan menuju Kecamatan Sulamu NTT. Di sana adalah tempat untuk melakukan KKN dan mengimplementasikan metode ABCD yang telah disampaikan saat pembekalan. Sebanyak 62 mahasiswa peserta KKN ini dibagi menjadi 7 kelompok dan diterjunkan ke 7 desa yang ada di Kecamatan Sulamu. Desa Oeteta adalah salah satu desa di kecamatan tersebut. Desa ini menjadi lokasi dari kelompok yang salahsatu pesertanya dari mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon untuk mengabdi kepada masyarakat.
Salah satu asset sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Desa Oeteta, yakni lahan jagung, padi, jambu mete, laut, tambak garam, peternakan, dan lahan kelor. Selain SDA-nya yang sangat kaya, asset sosial budaya yang dimiliki oleh masyarakat NTT khususnya Desa Oeteta, Kecamatan Sulamu yakni tingkat toleransi yang begitu tinggi.
Di sana, walaupun berbeda agama, tapi masyarakat bisa hidup berdampingan. Tidak heran jika antara muslim dan non muslim bisa hidup rukun, tenang, dan nyaman. Bahkan, saat diadakan suatu perayaan agama, di antara mereka saling mengundang.
BACA JUGA: Jadi Perguruan Tinggi Pertama Miliki NPWZ, Rektor IAIN Cirebon: UPZ Dapat Berikan Energi Positif
Seperti halnya saat perayaan natal, umat muslim diundang untuk menyembelih sapi atau kerbau yang dagingnya akan dimakan untuk pesta. Pemilihan hewan tersebut bertujuan agar umat muslim pun bisa mengonsumsinya.
Bahkan, dalam pengolahan hidangan untuk pesta dipersilahkan untuk dilakukan umat muslim agar bisa makan bersama. Begitu juga ketika umat muslim merayakan Idul Fitri atau Idul Adha, umat kristiani mengambil bagian dalam perayaan tersebut. Ketika Idul Adha pun umat kristiani, mendapat bagian daging qurban.
Menurut salahsatu anggota Forum Kounikasi Umat Beragama dari agama Kristen protestan (FKUB), Christo V Luirome, perbedaan ini dapat disatukan dan diubah menjadi kekuatan. “Perbedaan adalah kekuatan. Tugas kita adalah menyatukan perbedaan menjadi kekuatan. Semua orang yang bernafas itu sama dihadapan Tuhan. Katong punya agama, kita belakangkan dulu. Yang nomor 1 tetap kesatuan dan persatuan,” ujarnya. (Arif/Ril)