KABUPATEN CIREBON, SC- Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Cirebon akan segera menerbitkan regulasi tentang transportasi jelang penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di Kabupaten Cirebon. Untuk tranaportasi berbasis online atau Dalam Jaringan (Daring), Dishub sudah membuat regulasinya mulai dari penyedia aplikasi, pengemudi hingga penumpangnya.
Kepala Dishub Kabupaten Cirebon, Denny Supdiana, mengatakan, regulasi itu mengatur penyedia aplikasi untuk menyediakan pos kesehatan di beberapa titik. Di dalamnya, harus tersedia alat pengukur suhu tubuh, penutup rambut, hand sanitizer dan disinfektan.
Menurut Denny, saat ini sudah ada salah satu perusahaan penyedia jasa angkutan daring yang berupaya menerapkan protokol kesehatan. Dalam penerapan protokol kesehatan itu, pihak penyedia jasa angkutan daring bahkan melakukan inovasi, yakni dengan menyiapkan separator atau pembatas antara pengemudi dan penumpang. Baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat.
“Kami menyambut baik inovasi moda transportasi daring dalam memasuki persiapan AKB. Ini sebagai upaya mendukung program pemerintah dalam mencegah Covid-19 di Kabupaten Cirebon. Jadi disitu ada pembatasnya,” ujar Deni, Kamis (2/6/2020).
Begitupun dengan angkutan konvensional atau angkutan kota (angkot). Selama masa transisi menuju AKB ini, angkot juga harus menerapkan protokol kesehatan. Angkot harus mengangkut penumpang tidak lebih dari 50 persen dari kuota tempat duduk yang ada. Sehingga pelaksanaan physical distancing bisa terjaga.
“Tapi kan kondisi yang terjadi di lapangan sebelum ada penerapan (regulasi), angkot itu sudah mengalami penurunan jumlah penumpang,” paparnya. Deni mengimbau, kepada seluruh pengendara kendaraan daring dan konvensional untuk menerapkan protokol kesehatan memasuki adaptasi kebiasaan baru (AKB) di Kabupaten Cirebon.
Sebelumnya, sopir angkot di Kabupaten Cirebon,mengeluhkan penurunan pendapatan setiap harinya sejak masa pandemi Covid-19. Salah satu sopir angkot jurusan Sumber-Gunungsari, Wahyu (39), mengatakan, untuk satu kali perjalanan dari Sumber sampai Gunung Sari, ia hanya membawa penumpang paling banyak 7 orang.
Itu pun dia harus menunggu di bahu jalan 15 sampai 30 menit. Dalam rentang waktu tersebut, kata Wahyu, penumpang yang menaiki angkotnya, tidak lebih dari tiga orang. “Sangat sepi sekali,” ujar Wahyu. Dia menyebutkan, setiap harinya, ia hanya mengantongi pendapatan paling banyak Rp 70.000. Padahal, sebelum adanya wabah Covid-19, ia mampu mendapatkan uang hingga Rp 200.000.
BACA JUGA: Lokasi Islamic Center Kabupaten Cirebon Masih Belum Klop
Wahyu menduga, penyebab penurunan pendapatan tersebut akibat penerapan belajar di rumah bagi para siswa sekolah. Karena diakuinya, mayoritas penumpang angkot yang ia kendarai merupakan pelajar menengah atas dan menengah bawah.
Sopir angkot lainnya, Tasidin (45), berharap adanya bantuan dari pemerintah untuk meringankan beban, sehingga tidak terus mengalami kerugian. Ia ingin agar pemerintah tidak hanya memperhatikan Ojek Online (Ojol) saja. “Jadi jangan cuma ojol saja yang diperhatikan, kami juga ingin diperhatikan pemerintah,” kata dia. (Islah)