KABUPATEN CIREBON, SC- Guru Pondok Pesantren Merah Putih Kandang NU, Buntet, Kabupaten Cirebon, Noval turut menyoroti statemen Ketua Komisi III, Hermanto. Usai melakukan aksi bersama Lingkar Santri Cirebon (LSC) di depan gedung DPRD setempat, Noval mengatakan, pernyataan Hermanto yang menyebut pesantren membangkang benar-benar menyakiti kalangan pesantren.
Pasalnya, menurut Noval, sejak zaman dulu tidak pernah ada pesantren yang membangkang pada pemerintahan. “Prinsipnya pernyataan Hermanto yang menyatakan pesantren membangkang itu benar-benar menyakiti kami kalangan pesantren. Karena dari aspek kesejarahan tidak ada pesantren kemudian membangkang pada pemerintahan,” ujar Noval, Selasa (7/7/2020).
Dia menilai, pernyataan yang disampaikan Hermanto tersebut tanpa melihat aspek keberadaan pesantren di Indonesia. Menurutnya, kiprah pesantren di dalam perjuangan bangsa sangat luar biasa. Sehingga, kalau tidak ada pesantren, dia meyakini tidak akan ada DPRD.
“Saya harap legislatif menyadari persoalan kesejarahan. Pesantren itu luar biasa, kiprah pesantren di dalam perjuangan bangsa. Kenapa pesantren tidak bisa diberikan hak-hak keistimewaan,” kata Noval.
Selain itu, kata Noval, jika legislatif mau melihat sejarah pesantren, mestinya legislatif juga bisa mendorong pesantren sebagai cagar budaya seperti gedung-gedung tua di Kabupaten Cirebon yang ditetapkan sebagai cagar budaya.
“Tuntutan lain, saya menghendaki sebagai legislatif di Kabupaten Cirebon, dimana Cirebon dikenal sebagai Kota Santri dan Kota Wali, kalau mereka bisa menjadikan gedung tua sebagai benda cagar budaya yang dilindungi secara aturan Undang-Undang, kenapa pesantren yang notabene khasanah budaya tidak bisa dilindungi secara Undang-Undang,” tandasnya.
BACA JUGA: Geruduk Gedung Dewan, Ribuan Santri Cirebon Minta Hermanto Ditajir
Dia menjelaskan, persoalan yang mengemuka hingga terjadinya aksi yang melibatkan para santri itu berawal dari IMB UMC yang dibahas Komisi III DPRD. Jika kemudian dalam rapat Hermanto meng-analogikannya dengan pesantren, maka dia menilai analogi tersebut ngawur. Karena tidak ada hubungannya antara UMC dengan pesantren. Setelah Hermanto menyampaikan permohonan maaf secara terbuka di hadapan peserta aksi, dia meminta agar Hermanto merealisasikannya dalam bentuk yang sesungguhnya.
Seperti diketahui, dalam aksi tersebut Noval juga ikut menyampaikan unek-uneknya langsung di hadapan Hermanto dan demonstran. Bahkan, ia juga menilai pernyataan yang disampaikan Hermanto sebagai pernyataan yang bodoh. Karena, pernyataan tersebut tidak berdasarkan aspek sejarah pesantren dalam perjuangan bangsa. (Islah)