KOTA CIREBON, SC – Pusat Perbelanjaan Gunungsari Trade Center (GTC) dalam waktu dekat akan segera ditutup oleh pihak PT Toba Sakti Utama (PT TSU) selaku pemegang kontrak dengan Perumda Pasar Berintan Kota Cirebon.
Kata Kuasa Hukum PT TSU, Eka Agustrianto mengatakan, sejak tahun 2009, PT TSU dan Perumda Pasar telah melakukan kontrak dengan perjanjian Bangun Guna Serah (BGS) selama 25 tahun. Namun, menurut Eka, penyebab akan ditutupnya GTC bukan disebabkan adanya masalah antara PT TSU dengan pihak Perumda Pasar.
“Penyebab akan ditutupnya GTC ini berawal dari kekecewan pihak PT TSU kepada PT Prima Usaha (PUS) yang sudah melakukan perjanjian untuk mengelola GTC. Pasalnya, PT PUS ini terkesan tak bertanggung jawab,” kata Eka kepada media, Sabtu (19/9/2020).
Menurut Eka, dengan adanya kelalaian dari PT PUS tersebut, pihaknya akan melakukan somasi. “Kelalaian pertama adanya kerusakan gedung, tidak adanya laporan keuangan dan banyak tenant yang sepi,” kata Eka.
Pihaknya mengakui, mempunyai rasa hormat kepada Pemda Kota Cirebon dalam hal ini pihak Perumda Pasar yang telah memberikan kepercayaan kepada PT TSU.
“Kami dari PT TSU telah melakukan juga investasi membangun gedung GTC yang nanti kemudian hari 25 tahun ke depan akan dilakukan BGS karena itu kami bertanggung jawab secara moral,” katanya.
Terkait adanya kelalaian dari PT PUS tersebut, pihaknya akan melakukan perubahan dan penutupan manajemen serta menarik keseluruhan pengelolaan yang dilakukan PT PUS.
“Kalau PT PUS mau melakukan pembatahan silakan saja, kami siap digugat. Pada intinya PT TSU memiliki bukti, silakan saja kalau pihak PT PUS tidak menerima,” tegasnya.
Tambah Eka, rencana penutupan akan dilakukan secepatnya. Pihaknya juga akan melakukan pemutusan kontrak dengan PT PUS.
“Kami sudah melakukan somasi kepada PT PUS tapi tidak ada jawaban, dan hari Rabu kita akan melakukan penutupan,” katanya.
BACA JUGA: 24 Calon Lolos Seleksi Administrasi JPTP
Atas kelalaian yang dilakukan PT PUS, menurut Eka, menyebabkan kerugian yang besar bagi PT TSU yakni sebanyak Rp25 miliar, terhitung sejak tahun 2009 sampai tahun 2020 ini.
“Karena investasi kami disini membangun Rp16 miliar, tidak kembalinya hitungan ke Rp25 miliar jadi kerugian kami cukup besar di sini,” tandasnya. (M Surya)