KABUPATEN CIREBON, SC- Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Perusahaan Air Minum (PAM) Tirta Jati Kabupaten Cirebon menyatakan persoalan aliran air ngicir (mengalir kecil) dan macet sekitar 3 bulan terakhir disebabkan oleh faktor cuaca di musim kemarau. Namun tidak separah pada tahun 2019 yang mengalami kemarau panjang lebih dari 8 bulan. Hal itu dikemukakan Direktur Perumda Tirta Jati, H Suharyadi menanggapi adanya keluhan pelanggan yang ada di Desa Bakung Kidul, Kecamatan Jamblang terkait persoalan tersebut.
Suharyadi mengatakan, selama dua pekan lalu Kabupaten Cirebon masih dalam kondisi kemarau. Oleh karena itu, pihaknya menerapkan sistem gilir dalam mendistribusikan air kepada pelanggan di beberapa wilayah Kabupaten Cirebon.
Selain itu, kata dia, kendala selanjutnya yang menjadi persoalan penting adalah adanya pelanggan yang menggunakan mesin pompa penyedot air.
“Ini yang menjadi permasalahan kami. Jadi pada saat menggunakan pompa itu jelas air itu ngalirnya ke pelanggan yang menggunakan pompa. Nah yang tidak menggunakan pompa tidak terbagi,” kata Suharyadi saat dikonfirmasi Suara Cirebon, Selasa (27/10/2020).
Namun saat gilirannya habis, maka air di daerah yang bersangkutan pun tidak mengalir. “Kami sudah berusaha memberitahukan kepada pelanggan untuk melarang penggunaan pompa pada saat gilir. Dan untuk jadwal sistem gilir, kami juga telah memberi tahu pelanggan melalui petugas di kantor cabang PAM terdekat,” papar Suharyadi.
Tetapi, lanjut dia, dengan curah hujan yang cukup tinggi di Kabupaten Cirebon selama dua sampai tiga hari ke belakang membuat kapasitas debit air di sumber air mengalami peningkatan. Karena itu pihaknya menginstruksikan jajaran pusat maupun di kantor cabang untuk melihat kondisi terakhir pelayanan.
“Sedangkan terkait laporan keluhan dari Kepala Desa Bakung Kidul, saya menginstruksikan petugas teknik yang bertugas di lapangan untuk mengecek kondisi terkini di lapangan. Dan alhamdulillah kondisinya sudah jalan lagi,” terangnya.
Suharyadi meminta kepada seluruh pelanggan agar tidak menggunakan pompa air ketika mendapatkan giliran. Alasannya, kata dia, agar para pelanggan lain yang tidak menggunakan pompa bisa mendapatkan air.
Ia menjelasakan, aliran air PAM yang mengairi wilayah Kecamatan Jamblang bersumber dari mata air yang ada di Cikalahang dan suplay dari Cipujangga. Pada saat kemarau kemarin Perumda Tirta Jati mengalami penurunan debit air 10 sampai dengan 15 liter perdetik. Sehingga pihaknya melakukan sistem gilir agar tetap bisa melayani pelanggan meski harus bergiliran.
“Kalau tidak dilakukan sistem gilir, nanti malah pelayanannya makin kacau,” tandasnya.
Sedangkan mengenai tarif, ia menyebutkan, hal tersebut sudah diatur di dalam Peraturan Bupati (Perbub) Cirebon Nomor 72 Tahun 2014. “Klasifikasi pemakaian dibawah 10 kubik diberlakukan pembayaran 10 kubik, sementara jika lebih dari 10 kubik seperti contohnya pelanggan menggunakan air 11 kubik maka akan membayar 11 kubik,” bebernya.
Terkadang PAM Tirta Jati pun fleksibel, seperti halnya pada saat musim kemarau panjang ada beberapa pelanggan yang tidak mendapatkan distribusi air.
“Sebelumnya pencatatan dilakukan secara manual atau ditulis. Untuk beberapa tahun ke belakang kami telah memberlakukan pencatatan meter dengan sistem android dengan cara difoto yang kemudian langsung diinput ke server dan keluar tagihannya,” ungkapnya.
Jadi, imbuh Suharyadi, kalau ada pelanggan yang mengatakan tidak dibaca, maka itu tidak mungkin. Sebab, pencatatan itu difoto dan dimasukkan ke server.
“Kalau tidak dibaca, fotonya jelas tidak ada. Mungkin pada saat membaca, pelanggannya tidak tahu karena sebentar sehingga dianggapnya tidak dibaca. Tapi kalau tidak dibaca berarti kan reportnya tidak ada fotonya, tapi kita di data yang ada di kita ini selalu ada,” katanya.
BACA JUGA: Air PDAM Ngicir, Warga Keluhkan Tagihan Bulanan Tetap Besar meski Air Tak Ngocor
Adapun simulasi pembacaannya, hal tersebut berkesinambungan dimana stand akhir menjadi stand awal. Contohnya di bulan September stand di angka 100 dibaca pada Oktober 110 berarti pelanggan telah menggunakan air sebanyak 10 kubik selama sebulan.
“Sepuluh kubik itu 65.400 rupiah. Kalau kita asumsikan begini, 10 kubik adalah 1000 liter, nah 1000 liter itu 65 ribu. Berarti sekubiknya sekitar 6500 rupiah,” pungkasnya. (Joni)