KOTA CIREBON, SC- Semakin sempitnya lahan produktif di Kota Cirebon membuat Dinas Pangan Pertanian Kelautan dan Perikanan setempat memilih urban farming sebagai solusi.
Urban Farming dianggap cocok dan membantu masyarakat menerapkan ketahanan pangan dengan mudah yaitu memanfaatkan lahan pekarangan rumah.
“Konsep urban farming ini adalah lahan pertanian di dalam perkotaan menuju ketahanan pangan untuk kemudian diterapkan oleh masyarakat. Sasarannya untuk meningkatkan produksi pertanian untuk pertahanan pangan,” kata Kepala Dinas Pangan Pertanian Kelautan dan Perikanan Kota Cirebon, Yati Rohayati kepada Suara Cirebon, Selasa (18/11/2020).
BACA JUGA: Transformasi Lembaga Jadi Kebutuhan, UIN Cirebon dapat Menjadi Icon Pendidikan Islam
Yati menjelaskan, setiap tahun lahan produktif di Kota Cirebon semakin berkurang, data ini tercatat sejak tahun 2016 hingga tahun 2019 lahan produktif kurang dari 100 hektare.
“Setiap tahun lahan produktif berkurang hampir 100 hektare. Lahan ini kebanyakan di alih fungsikan, ada yang dibuat perumahan dan fungsi lainnya karena lahan ini ternyata bukan milik petani, petani ini hanya mengolah saja,” paparnya.
Adanya pesoalan seperti ini, kata Yati, pihaknya memutuskan untuk memberikan sosialisasi pada masyarakat yang kemudian harus diterapkan di tingkat RW.
“Urban farming ini mengandalkan lahan di sekitar masyarakat, yang kemudian ditanami dengan sumber pangan, selain sumber pangan bisa juga sebagai nilai usaha,” jelasnya.
BACA JUGA: 69 WNA Pekerja PLTU Cirebon Positif Covid-19
Penerapan urban farming sendiri menggunakan beberapa metode tanam seperti vertikultural, hidroponik, polybag, planterbag dan metode lainnya.
“Metode tanam ini bisa ditanami sayuran, buah2an pakai media polybag. Sayuran yang cocok sesuai dengan jenisnya seperti kangkung, pakcoy, selada, bayam dan banyak lagi, Buah-buahan pakai planterbag bisa buah mangga, srikaya, jambu dan buah lainnya tap yang mudah untuk di tanam ini buah mangga dan srikaya,” katanya. (Surya)