MAJALENGKA, SC- Mencari buruh tani di saat musim tanam bukanlah pekerjaan yang mudah di Kabupaten Majalengka, selain upah kerja yang dinilai makin tinggi. Dampaknya petani mengaku harus merogoh kocek lebih dalam untuk mengolah lahan pertaniannya, agar dapat ditanami benih padi.
Menurut sejumlah petani di kota angin, upah kerja buruh tani pada musim tanam sekarang rata-rata sebesar Rp 100 ribu. Padahal, sebelumnya upah buruh tani berada di bawah angka tersebut.
Cecep, warga Cigasong mengatakan, sebelumnya upah buruh laki-laki untuk mencangkul hanya Rp 80 ribu/setengah hari.Tetapi di awal musim tanam buruh tani meminta kenaikan menjadi Rp 100 ribu. ”Awal musim tanam, mereka meminta upah Rp 100 ribu/setengah hari, ada juga yang bersedia dibayar Rp 90 ribu, tapi itu jarang rata-rata minta upah Rp 100 ribu,” katanya, Senin (30/11/2020).
Tak hanya buruh tani laki-laki, kenaikan upah juga berlaku pada buruh tani perempuan. Bila sebelumnya upah kerjanya setengah hari Rp 50 ribu, sekarang menjadi Rp 60 ribu untuk setengah hari kerja. ”Sama saja ada kenaikan, dan petani tidak punya banyak pilihan karena tidak gampang mencari buruh tani sekarang ini,” ucapnya.
Senada dikatakan oleh Ridwan, petani di Desa/Kecamatan Banjaran. Dia mengatakan, mencari buruh tani menjadi ketika musim tanam ataupun masa panen sama sulitnya. Kondisinya sudah jauh berubah, sehingga permasalahan petani menjadi lebih kompleks. Dulu, kata dia, persoalan yang dihadapi petani saat musim tanam adalah pupuk, saat musim panen harga jual yang cepat sekali berubah sehingga petani rugi.
BACA JUGA: Penjualan Bibit Gedong Gincu Berkurang
“Sekarang masalahnya tambah lagi, saat masuk masa tanam atau panen petani kerepotan untuk mencari yang mau bekerja,” katanya.
Naiknya upah buruh tani kata Ridwan berimbas pada biaya produksi tanam. Karena rata-rata upah buruh tani sekarang tak kurang dari Rp 100 ribu. “Saya hanya bisa berharap hasil panen nanti harga jualnya tidak murah,” harapnya. (Dins)