SENIN, 25 Januari 2021, menjadi hari yang bersejarah. Tidak hanya untuk Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, tapi juga bagi Carlan, salah seorang mahasiswa pascasarjana program doktoral (S3) Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) kampus setempat.
Pasalnya, di hari itu, Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon melaksanakan sidang tertutup perdana program doktoral dan Carlan menjadi mahasiswa pertama yang menjalani sidang tertutup perdana tersebut.
Menariknya, Carlan merupakan penyandang disabilitas. Dia tunanetra sejak lahir. Namun dengan keterbatasannya, Carlan berhasil menyelesaikan disertasi sebagai tugas akhir perkuliahan S3-nya di kampus keagamaan negeri satu-satunya di wilayah III Cirebon ini.
Disertasinya berjudul “Implementasi Model Pendidikan Nilai Multikultural dalam Membentuk Sikap Keberagaman Masyarakat”. Studi kasus penelitan ini di Cigugur, Kabupaten Kuningan. Bukan tanpa alasan, dirinya sengaja mengambil judul tersebut karena di wilayah ini terdapat keragaman keyakinan dan budaya yang dapat menjadi model daerah lain.
“Sekarang kita sedang dihadapkan kekerasan dan intoleransi, tapi di sana (Cigugur) masyarakatnya hidup rukun, damai, dan harmonos. Model ini yang saya angkat,” katanya.
Untuk biaya kuliah S3-nya, Carlan mendapat beasiswa dari Pemerintah Kabupaten Kuningan. Sehingga, dia pun diberi waktu hanya 6 semester atau 36 bulan saja untuk menyelesaikan perkuliahannya. Untuk itu, Carlan mengikuti percepatan, sehingga kendati baru menginjak semester 5 dia telah menyelesaikan tugas akhir dan disidangkan.
“Cepat soalnya saya sudah mempersiapkan untuk disertasinya. Jadi dari semester pertama pada tahun 2019 itu saya sudah konsultasi dan bimbingan untuk menyusun disertasi,” kata Carlan, di sela-sela sidang tertutup disertasinya yang dilaksanakan di lantai 3 gedung Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Senin (5/1/2021).
Dalam perjalanan perkuliahan, Carlan mengaku, telah diizinkan oleh pimpinan Pascasaraja IAIN Syekh Nurjati Cirebon untuk menyusun disertasi sejak awal perkuliahan. Sehingga, dari semester pertama dirinya sudah turun ke lapangan bersama asistennya untuk melakukan riset.
“Hari ini saya melaju ke sidang tertutup. Mungkin ujian ini paling berat, karena boleh dibilang ujian akhir sebagai pertanggungjawaban disertasi. Saya mungkin mendahului teman-teman yang lain, bukan hebat tapi karena saya bertekad lebih baik dari mereka,” paparnya.
Untuk menyelesaikan tugas akhir ini, Carlan dibantu beberapa asistennya. Hal itu memang diperbolehkan karena Carlan memiliki keterbatasan. Untuk itu, dengan kondisinya yang tidak dapat melihat, dia pun merasa bersyukur karena IAIN Syekh Nurjati Cirebon telah memberikan kesempatan kepadanya untuk menyelesaikan S3-nya.
“Alhamdulillah seluruh civitas pascasarjana (IAIN Syekh Nurjati Cirebon) menerima saya sebagai mahasiswa. Dengan kesempatan yang diberikan saya punya motivasi bisa belajar lebih gigih. Serius adalah modal yang saya miliki di awal,” ujarnya.
Selain itu, Carlan merupakan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang kini menduduki jabatan sebagai Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)/Pendidikan Masyarakat (Dikmat) di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kuningan.
“Saya bersyukur tuna nentra dari lahir diberikan anugerah. Saya juga diberikan kepercayaan menjabat dan bertugas sebagai Kepala Bidang PAUD/Dikmas di Disdikbud Kabuten Kuningan dan sudah berjalan 4 tahun. Sebelumnya saya sebagai Kasubbag Kesra,” terangnya.
Bahkan, pada tahun 2019, dirinya diikutsertakan dalam lomba ASN berprestasi tingkat Provinsi Jawa Barat dan dinyatakan eselon III terbaik. Dia berharap, apa yang telah dicapainya ini dapat menjadi motivasi bagi penyandang disabilitas lainnya.
“Mudah-mudahan ini jadi inspirasi kepada semuanya. Saya yang tidak bisa melihat tapi bisa menjadi doktor tercepat di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Ini menjadi spirit tersendiri,” katanya.
Sementara itu, Direktur Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Prof Dr Dedi Djubaedi MAg menjelaskan, pihaknya memang berpacu dengan aktivitas akademik untuk menyongsong transformasi kampus setempat dari IAIN menjadi Universitas Islam Negeri (UIN), sehingga melakukan percepatan untuk program S3.
“Ini adalah sidang tertutup perdana. Jadi ini baru sidang tertutup belum sidang terbuka program doktor untuk saudara Carlan sebagai mahasiswa S3 program studi PAI,” jelasnya kepada Suara Cirebon.
BACA JUGA: 36 CPNS IAIN Cirebon Dibina
Pihaknya memang membuka seluas-luasnya bagi siapa saja yang memenuhi persyaratan untuk menempuh pendidikan di Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Begitu pun proses perkuliahannya, semuanya diberi kesempatan untuk berkompetisi untuk menyelesaikan studinya lebih cepat.
“Nampaknya Pak Carlan ini merespons itu dan hari ini bisa melaksanakan sidang tertutup. Kami mendorong siapa saja. Dalam konsep pendidikan inklusi, jadi siapaun berhak untuk mencapai prestasi tertinggi dan terbaik secara akademik di program pascasarjana (IAIN Syekh Nurjati Cirebon) ini,” terang Prof Dedi.
Hasil sidang tertutup ini, imbuh Dedi, Carlan dinyatakan lulus untuk melakukan sidang terbuka. Namun, dia belum menyandang gelar doktor.
“Ini kan baru sidang tertutup, jadi sidang tertutup ini untuk menguji apakah layak atau tidak untuk melakukan sidang terbuka. Setelah sidang terbuka baru dinyatakan sebagai doktor,” ucapnya.
BACA JUGA: FUAD IAIN Cirebon Sosialisasikan Pelaporan PDDIKTI
Pranata Humas IAIN Syekh Nurjati Cirebon, H Mohamad Arifin MPdI berharap, capaian yang diraih Carlan tersebut dapat menjadi penyemangat mahasiswa lainnya di kampus setempat, baik di tingkat S1, S2, maupun S3 agar dapat menyelesaikan perkuliahan tepat waktu.
“Semoga apa yang diraih Pak Carlan ini dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa lainnya untuk menyelesaikan perkuliahan tepat waktu, syukur-syukur bisa lebih cepat. Karena kami telah membuka kesempatan kepada semua mahasiswa, baik penyandang disabilitas maupun tidak untuk sesegera mungkin menyelesaikan perkuliahan,” pungkasnya. (Arif)