SITUS Batu Jangkung dan batu menyerupai kawah ‘Guci’ (Gunung Ciremai) harus diteliti oleh Badan Arkeolog guna mengetahui berapa usia batu tersebut.
“Dari kasat mata saja sudah terlihat jika ini benar-benar batu, aslinya seperti ini, seperti kawah Ciremai. Bukan rekayasa, bukan hasil patahan atau sengaja diukir. Lihat saja, ada gurat batu horizontal dan bukan terkikis air, karena kalau terkikis air pasti vertikal,” papar Kabid Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kuningan, Emup Muplihudin, saat meninjau situs, bersama Disparbud, tokoh masyarakat, awak media, dan aparat Desa Sadamantra, Kecamatan Jalaksana, beberapa waktu lalu.
Salah seorang tokoh masyarakat, Dimyati, memaparkan, Situs Batu Jangkung yang berlokasi di Dusun Pahing tersebut diperkirakan jarak ke Gunung Ciremai sekitar 3 km, dan posisinya simetris. Ia memperkirakan usia batu tersebut jutaan tahun.
“Untuk mengukur kepastian umur batu ini memang harus oleh ahlinya, oleh arkeolog, dan ini bisa dijadikan sebagai situs budaya,” tandas Emup.
Selain Situs Batu Jangkung, ternyata masih ada tujuh situs lainnya di Desa Sadamantra tersebut, di antaranya, Petilasan Jatikersa yaitu petilasan beberapa syekh waktu peralihan agama dan pengembangan Agama Islam.
Lalu ada situs di Balong Benda dengan 4 lokasi yang berbeda. “Di Balong Benda ini, ada beberapa pesan filosofis kehidupan, unsur Pancarasa, yaitu unsur api, air, angin, batu dan tanah. Ini semua menggambarkan kehidupan kita, dan semuanya adalah mahluk yang harus tunduk dan hanya menyembah kepada yang Esa,” jelas Dimyati.
BACA JUGA: Waduk Darma, Destinasi Wisata Air Internasional
Sementara itu, Kepala Desa Sadamantra, H. Rasmad, saat diwawancara menjelaskan, selama menjabat tiga periode atau enam tahun dikali tiga masa jabatan, justru baru mengetahui keberadaan aset budaya yang berada di Dusun Pahing itu, baru sekitar dua atau tiga tahun lalu.
Pasalnya, para sesepuh dan tokoh desa setempat, tidak ada yang memberi tahu keberadaan sekaligus kisah yang melatarbelakangi batu bundar miniatur Gunung Ciremai tersebut. Apakah sengaja pahat dan diukir oleh orang-orang jaman dahulu sebagai bentuk informasi bagi generasi selanjutnya atau terbentuk secara alamiah karena faktor alam.
Sampai saat ini, misteri keberadaan batu bundar miniatur Gunung Ciremai yang mungkin saja peninggalan jaman pra sejarah, belum terkuak dan terpecahkan karena oleh masyarakat setempat pun dianggap hal yang biasa saja. Sehingga untuk memastikan dan menjawab teka-teki tersebut diperlukan penelitian terutama oleh arkeolog. (Nung kh/SC)