MAJALENGKA, SC- Fenomena alam tanah bergerak memunculkan sejumlah perkampungan mati di Kabupaten Majalengka. Dengan pertimbangan keselamatan warganya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka merelokasi penduduk ke tempat yang dinilai aman.Tak hanya akibat bencana alam tanah bergerak, pemerintah juga merelokasi warga akibat bencana lainnya.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka,kampung yang dikosongkan akibat bencana alam tanah bergerak tak hanya Tarikolot, yang masuk wilayah Desa Sidamukti, Kecamatan Majalengka yang belakangan viral di media social (Medsos). Padahal kampung tersebut telah dikosongkan sejak beberapa tahun silam, akibat bencana tanah bergerak yang terjadi pada 2006.
Relokasi dilakukan setelah Badan Geologi Bandung melakukan penelitian yang hasilnya menunjukan bahwa daerah Tarikolot tidak aman untuk dijadikan pemukiman atau tempat tinggal. Karena itusebanyak 180 rumah atau 253 kepala keluarga harus dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Ratusan warga Kampung Tarikolot direkolasi ke Kampung atau Blok yang masih berada di Desa Sidamukti, yakni Buah Lega.
Menurut Manajer Pusdalops BPBD Kabupaten Majalengka Indrayanto, kondisi yang terjadi di Kampung Tarikolot,juga dialami warga di Desa Mekarmulya, Kecamatan Lemahsugih.
Ada 21 rumah warga di Mekarmulya yang harus dikosongkan akibat pergerakan tanah di daerah it uterus terjadi.
“Pengosongan rumah juga harus dilakukan oleh warga Kampung Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma karena alasan yang sama,” katanya.
BACA JUGA: Longsor Ancam Rumah dan Musala
Selain itu, tambahnya, masih warga kampung lainnya yang harus direlokasi yang diakibatkan oleh bencana alam,yakni 13 rumah warga yang berada di bantaran Sungai Cijurai, Kelurahan Munjul, Kecamatan Majalengka.
“Saat ini Pemkab Majalengka masih mencari lahan untuk dibangun pemukiman baru sebagai tempat relokasi,” jelasnya. (Dins)