MAJALENGKA, SC- Harapan petani untuk mendapatkan keuntungan besar dari penjualan gabah hasil panen kandas. Pasalnya, harga jual Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani Kabupaten Majalengka jauh dari harapan. Harga jual gabah panen perdana tahun ini jauh di bawah harga pupuk yang mereka beli.
Asan, petani di Kecamatan Jatitujuh mengatakan, petani terpaksa harus menanggalkan harapannya, mendapatkan keuntungan besar dari penjualan hasil panen kali ini. Harga gabah hasil panen kali ini di tingkat petani hanya Rp3.500,00- setiap kilogramnya. Padahal, biasanya harga untuk gabah basah sudah berada di atas Rp4.000,00-.
“Biasanya harga GKP berada di harga empat ribu limaratus sampai lima ribu rupiah per kilogram. Namun saat ini harga jual turun drastis,” ucapnya, Selasa (9/3/2021).
Harga tersebut kata dia, membuat petani dapat dipastikan tidak akan bisa menikmati keuntungan seperti diharapkan. Karena biaya produksi pertanian sekarang cukup tinggi, mulai dari upah pekerja yang naik, hingga harga pupuk yang juga mahal.
Harga pupuk nonsubsidi sebesar Rp6.000,00,- per kilogram. Sedangkan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi tidak gampang, karena adanya sejumlah persyaratan, seperti harus memiliki Kartu Tani.
“Karena pupuk bersubsidi tidak dapat, ya terpaksa membeli yang nonsubsidi meski harganya jauh lebih mahal. Dan sekarang harga gabah malah turun, akan dapat untung darimana,” keluhnya.
Senada disampaikan Ende, petani lainnya di wilayah Kecamatan Bantarujeg. Dia mengatakan, hasil panen kali ini tergolong bagus. Hanya saja harga jualnya rendah.
“Alhamdulillah, kalau hasil panen padi tahun ini bagus. Tetapi harga gabah kering panen malah murah. Harga jual gabah kering di bawah lima ribu rupiah per kilogram,” katanya.
Dengan harga yang sudah turun sekalipun, lanjutnya petani masih kesulitan untuk melakukan penjualan.
BACA JUGA: Petani Keluhkan Aturan Zonasi Pupuk
Menurut dia, turunnya harga gabah saat memasuki panen raya di daerahnya disebabkan minimnya permintaan gabah di tengah pandemi Covid-19.
“Petani yang modalnya kecil terpaksa melakukan penjualan meski harganya murah untuk keperluan biaya hidup,” ujarnya.
Sebab, lanjutnya bila gabah baru dipanen mau disimpan harus dikeringkan dulu. “Untuk meyimpan juga butuh biaya, tempat, sementara kebutuhan hidup kan tidak bisa ditunda,ya biar harganya murah tetap dijual,” tukasnya. (Dins)