CIREBON, SC- Integrasi sangat diperlukan dalam pendidikan sebagai upaya untuk memadukan ilmu agama (Islamic Studies/Dirasah Islamiyah) dengan ilmu umum (Islamic Science).
Hal itu seperti diungkapkan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nutjati Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim MAg saat memberikan pidato dalam acara wisuda XXII kampus setempat yang digelar di Swiss-Bell Hotel, Rabu (24/3/2021).
Dia memaparkan, dalam pengimplementasiannya, proses integrasi ilmu agama dan ilmu umum tersebut harus mampu menawarkan muatan nilai kearifan budaya lokal (local wisdom) yang merupakan bagian dari nilai-nilai Islam yang universal.
“Karena bagaimanapun hubungan Islamic Science dan Dirasah Islamiyah yang integratif memiliki konsekuensi dan implikasi berupa perluasan akses pendidikan ilmu keagamaan sekaligus penyelenggaraan pendidikan yang mampu menjabarkan nilai-nilai universal Islam,” paparnya.
Kemudian, lanjut Sumanta, hal inilah yang kemudian menjadi spirit transformasi kelembagaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Bahkan, dalam mewujudkan hal tersebut, IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengupayakan rekonstruksi paradigma keilmuan yang multidisipliner dengan menjadikan agama sebagai basis ilmu pengetahuan.
“Tujuannya, IAIN Syekh Nurjati Cirebon mampu mengembangkan bukan sekadar proses pendidikan searah, tetapi proses pendidikan multidimensi yang mampu menyeimbangkan antara akal dan wahyu sehingga mampu mewujudkan pengembangan spiritual, intelektual, dan sosial dari seluruh sivitas akademika IAIN Syekh Nurjati Cirebon,” jelasnya.
Oleh Karena itu, terang Sumanta, transformasi kelembagaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi UIN harus dibarengi dengan semangat pembangunan lembaga pendidikan integratif sebagai tataran operasional pendidikan yang mampu mengintegrasikan ajaran yang bersumber dari ayat qauliyah dengan ayat qauniyah secara utuh.
“Selanjutnya, proses integrasi keilmuan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon dapat dirumuskan dengan mengedepankan tiga aspek, yaitu turats, manhaji, dan ma’rifah atau nadzariyah,” terangnya.
Sumanta memaparkan, pada tataran implementasi ketiga aspek tersebut harus mampu untuk saling melengkapi satu dengan yang lain. Aspek turats dibutuhkan dalam proses integrasi keilmuan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon sebagai basis ontologis dalam penggalian sekaligus
pengembangan kajian keilmuan bagi seluruh sivitas akademika IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
“Sementara aspek manhaji menjadi model penguatan kajian keilmuan sebagai basis
epistemologis dalam pelaksanaan integrasi keilmuan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon,” katanya.
Selanjutnya, masih kata Sumanta, aspek ma’rifah dan nadzariyah merupakan basis aksiologis integrasi keilmuan di lingkungan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Pasalnya, menurut dia, integrasi keilmuan antara agama (Islamic Studies/Dirasah Islamiyah) dan umum (Islamic science) bukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan.
“Namun mengingat bahwa semua keilmuan lahir dari basis ontologis, epistemologis dan aksiologis dan ternyata basis keilmuan Islam dan umum berbeda, maka perlu diperlukan paramater-parameter tertentu sehingga tercapai tujuan-tujuan tersebut,” jelasnya.
Namun, kata Sumanta, untuk mencapai hal tersebut tidak cukup dengan memberi justifikasi ayat Al-Quran pada setiap penemuan dan keilmuan, memberikan label Arab atau Islam pada istilah-istilah keilmuan dan sejenisnya, tetapi perlu ada pergeseran cara pandang (shifting paradigm) pada basis-basis keilmuan barat agar sesuai dengan basis-basis khazanah keilmuan Islam yang berkaitan dengan realitas metafisika, religius dan teks suci.
“Bekal dari konseptual dan kecambah di atas maka arah kebijakan lembaga mendorong IAIN Syekh Nurjati Cirebon untuk melakukan transformasi kelembagaan menjadi sebuah universitas. Dengan konsep tersebut, seluruh rumpun dan kajian keilmuan yang ada diharapkan mampu bersinergi dan saling melengkapi pada tataran metodologis,” katanya.
Sumanta mengungkapkan, hal ini pun mampu dilihat bagaimana universitas menyahuti kebutuhan masyakarat serta mampu menjawab sebuah tantangan dengan basis keilmuan yang multidisipliner. Untuk itu, transformasi merupakan suatu perubahan secara kualitatif baik itu secara struktur, sifat dan bentuk.
“Sehingga dalam konteks ini, proses transformasi kelembagaan IAIN Syekh Nurjati mendorong perubahan secara esensialistik untuk menuju universitas yang berbasis pada rumpun keilmuan yang terintergrasi dengan keilmuan yang lainnya,” ungkapnya.
Untuk itu, Sumanta menegaskan, transformasi kelembagaan ini meniscayakan struktural dan perluasan akses pendidikan yang sedang dijalani. Sehingga akses pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat untuk menimba ilmu-ilmu ke-Islaman yang dipadu dengan ilmu umum.
BACA JUGA: IAIN Cirebon Bangun Zona Integritas Menuju Transformasi Lembaga Menjadi UIN
Sementara itu, Pranata Humas IAIN Syekh Nurjati Cirebon, H Mohamad Arifin MPd menyampaikan, kegiatan wisuda yang dilaksanakan kampus ini gelar selama dua hari, yaitu Rabu-Kamis (24-25/3/2021).
“Kita sengaja membagi wisuda ini dua gelombang karena melihat situasi masih pandemi Covid-19. Bahkan dalam pelaksanaan wisuda ini pun kami menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat. Hanya para wisudawan yang diperbolehkan masuk, sedangkan para pengantar diminta untuk menunggu di kendaraannya masing-masing,” pungkasnya. (Arif)