DAMPAK pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung setahun tak hanya memukul sektor industri besar. Pelaku usaha kerajinan bambu juga merasakan dampaknya. Perajin dipaksa berjibaku agar tetap bertahan di tengah pandemi serta gempuran peralatan dan perabotan plastik.
Perajin perkakas rumah tangga berbahan bamboo, Dadang mengatakan, pandemi Covid-19 juga dirasakan dampaknya oleh pengrajin, terutama pada awal kemunculan virus Corona tersebut.
”Sama saja dengan yang lainnya, perajin juga ikut terdampak, pesanan barang mengalami penurunan hingga setengah dari biasanya,” ungkapnya, Selasa (30/3/2021).
Namun, meski pandemi belum sepenuhnya berakhir kata warga Desa Cisetu, Kecamatan Rajagaluh, sekarang permintaan perkakas atau perabotan dari bambu sudah mulai membaik.
”Sekarang sudah mulai ada pesanan meski belum banyak,tetapi lumayan untuk menutupi biaya hidup,” ungkapnya.
Pesanan kerajinan anyaman bambu, seperti tempat nasi atau bakul, kipas, tempat sampah dan lainnya mulai datang dari pembeli.
Perajin lainnya, Juju mengatakan, menganyam bambu menjadi aneka peralatan menjadi aktivitas sebagian warga di Desa Mirat. Biasanya keahlian menganyam diperoleh secara turun temurun.
Meski bukan sebagai mata pencaharian utama, namun, dari hasil penjualan barang-barang yang dihasilkan, kebutuhan rumah tangga dapat tertutupi.
”Selain membuat kerajinan, warga juga bertani atau melakukan pekerjaan lainnya, tetapi ada juga yang menjadikan sebagai pekerjaan utama,” kata perajin caping, dan bakul tersebut.
BACA JUGA: Kerajinan Rotan Dipasarkan hingga Benua Biru
Menurut Juju, di masa pndemi pengrajin harus bekerja ektra agar tetap bertahan. Apalagi berbagai produk rumah tangga berbahan baku plastik semakin beragam, termasuk barang yang sebelumnya hanya dibuat dengan menggunakan bahan baku bambu.
”Agar bisa bertahan, pengrajin harus pandai bekreasi, karena persaiangannya semakin ketat, apalagi di saat ada wabah penyakit,” ucapnya. (Dins)