MAJALENGKA, SC- Kenaikan harga bahan baku utama, kacang kedelai membuat perajin tahu dan tempe di Kabupaten Majalengka terpaksa mengurangi jumlah produksi. Delain itu, harga penjualan juga dinaikkan, meski tidak terlalu besar. Hal itu menjadi opsi sejumlah perajin agar tetap dapat berproduksi disaat naiknya harga kacang kedelai. Kenaikan harga kedelai yang kerap terjadi membuat perajin sering kesulitan menutup biaya produksi.
Menurut perajin tahu di Desa Kulur, Kecamatan Majalengka, kacang kedelai mulai mengalami kenaikan sejak Ramadan atau Mei lalu. Padahal, beberapa bulan sebelumnya kenaikan juga sudah beberapa kali terjadi. “Harga sudah beberapa kali naik, dan Mei lalu kenaikan kembali terjadi,” ucapnya, Selasa (1/6/2021).
Akibat kenaikan bahan baku, biaya produksi juga naik. Kondisi itu memaksa perajin mencari cara agar tetap bisa berproduksi. Karena bila berhenti melakukan produksi khawatir akan kehilangan pelanggan.
”Pilihanya ya mengurangi produksi, artinya hanya sesuai pesanan saja, atau menaikkan harga jual. Dan saya memilih menaikkan penjualan hasil produksi,” jelasnya.
Sementara itu sejumlah pedagang tahu dan tempe di Pasar Sindangkasih, Kecamatan Cigasong mengaku pasokan barang tetap normal. Hanya saja, harga penjualannya mengalami kenaikan dari sebelumnya. Hal itu dilakukan setelah ada kenaikan pembelian dari perajin atau produsen.
“Dari pabriknya juga naik, karena harga kedelai terus naik,” ujar Erni, pedagang tahu dan tempe di Pasar Cigasong.
BACA JUGA: Dilarang Berjualan di Alun-alun Majalengka PKL Kecewa
Hal senada dikatakan Adi, pedagang lainnya. Menurut dia, karena harga kedelai naik, perajin menyiasati dengan menaikkan harga, atau mengecilkan ukuran tahu-tempe.
“Sehingga yang harganya tetap, ukuranya berubah dari sebelum ada kenaikan kedelai. Untuk ukuran yang tetap, harganya naik, misalnya yang sebelumnya Rp2,500,00- naik menjadi Rp3.000,00-. Tempe yang sebelumnya Rp2.000,00- naik menjadi Rp2.500,00,” jelasnya. (Dins)