KOTA CIREBON, SC- Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Pulasaren, Kota Cirebon siap menyambut tahun ajaran baru 2021-2022 dengan menerapkan sistem Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di bulan Juli nanti. Namun, hal itu akan terjadi jika Pemerintah Daerah Kota Cirebon memberikan izin PTM.
Kepala SDN Pulasaren 1, Fifi melalui stafnya yang sekaligus menjadi guru di sekolah tersebut, Heru mengatakan, pihaknya sangat menginginkan PTM agar segera diberlakukan. Namun, pihaknya hanya bisa menunggu keputusan dari Pemerintah Daerah Kota Cirebon yang belum ada kepastian.
“Untuk pelaksanaan PTM, kami menunggu kebijakan dari Pemerintah Daerah Kota Cirebon, khususnya melalui Dinas Pendidikan Kota Cirebon,” paparnya kepada Suara Cirebon, Selasa (15/6/2021).
Adapun mengenai persiapan, kata Heru, pihaknya pun sudah mempersiapkannya sedari dulu, khususnya dalam penerapan protokol kesehatan Covid-19.
“Sejauh ini mengenai persiapan terkait protokol kesehatan, Alhamdulillah sudah diterapkan ketika ada kegiatan yang melibatkan siswa, atau orang banyak, dengan menggunakan masker, cuci tangan, hand sanitizer, dan sebagainya. Meskipun terkadang ada beberapa anak yang tidak menggunakan masker ketika ke sekolah,” ujar Heru.
Sebelumnya, Heru mengaku sempat mengeluh setelah setahun lebih dia harus mengajar siswanya dengan sistem dalam jaringan (daring). Pasalnya, terdapat beberapa kendala yang menghampirinya.
“Dengan daring ini, kita tidak tahu pembinaan siswa sejauh mana di rumahnya, secara individual kami pun tidak bisa mengenal mereka. Sistem daring ini kurang efektif dalam menyampaikan materi, karena banyak kendala. Khususnya dalam masalah kuota dan jaringan, jika tidak lancar atau bufering dan sebagainya, sehingga Informasi yang kita sampaikan menjadi terputus-putus,” tuturnya.
BACA JUGA: PPN Pendidikan dan Sembako Beratkan Rakyat Kecil
Oleh karena itu, Heri ingin mengajar seperti biasa layak dalam kondisi normal jauh sebelum pandemi Covid-19.
“Ingin mengajar seperti biasa, dikarenakan jika kita terus menggunakan sistem daring terus akan terbebani juga para siswa maupun orang tuanya, karena harus menyediakan HP, kuota dan lainnya. Ada pengeluaran lebih. Harapannya, tentu ingin bisa segera belajar seperti biasa, bukan daring lagi,” tandasnya.(Yusuf)