KABUPATEN CIREBON, SC- Satuan reserse kriminal (Satreskrim) Polresta Cirebon berhasil membekuk 9 anggota geng motor M yang beraksi di wilayah Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Penangkapan geng motor tersebut kurang dari dua hari setelah mereka melakukan aksi sadis terhadap korbannya. Ke 9 pemuda yang diamankan polisi itu yakni AR (21), AS (21), MY (20), AH (20). Sedangkan 5 pelaku lainnya masih dibawah umur, yakni, FO (15), ES (14), IRS (15), AN (14), dan YD (17).
Kapolresta Cirebon Kombes Pol Arif Budiman melalui Kasat Reskrim, Kompol Rina Purwitasari dalam konferensi pers, mengatakan, total kelompok geng motor yang diamankan jajaran Polresta Cirebon sebanyak 9 orang. Dari jumlah tersebut, 5 orang diantaranya masih berusia di bawah umur. “Semuanya sudah tertangkap semua, totalnya ada 9 pelaku,” ujar Rina, Rabu (21/7/2021).
Menurut Rina, peristiwa itu terjadi pada Kamis dini hari (15/7/2021). Korban sendiri diketahui merupakan geng motor X. “Keduanya, baik korban maupun para pelaku ini merupakan geng motor,” kata Rina. Ia menjelaskan, saat itu korban dengan tiga motor dari kelompok motor X melintas di wilayah Arjawinangun. Namun apes, di tengah jalan mereka berpapasan dengan kelompok motor M yang sedang konvoi di Jalan yang sama. Kedua kelompok tersebut memang sering berselisih. Sehingga saat bertemu di jalan tersebut terjadi kejar-kejaran. Saat itu, salah satu anggota geng motor X terjatuh. “Semua geng motor M turun dari motor yang jumlahnya 12 motor,” paparnya.
Dikatakan Rina, setelah turun dari motor, kelompok M kemudian mengroyok korban. Ada yang membacok menggunakan celurit hingga mengenai paru-paru korban bagian kiri. Ada juga yang menebas jari korban hingga putus dan memukul kepala korban. “Tersangka membacok hingga tembus paru-paru dan jari tangan korban sampai tiga jarinya putus.
Yang lainnya, hanya memukul bagian dada. Saat ini kondisi korban koma karena paru-parunya terbeset oleh celurit,” ungkapnya. Untuk mempertanggungkawabkan perbuatannya, Polisi menjerat mereka dengan pasal 170 ayat 1 dan 2 ke 2e KUHpidana tentang pengroyokan dengan ancaman hukuman penjara maksimal 9 tahun.
Sebelumnya, orang tua korban warga Desa Bringin, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Atmaja (44) mengatakan, sesaat setelah kejadian tersebut korban langsung dibawa ke RSUD Arjawinangun. Namun saat itu, pihak RSUD Arjawinagun merujuk korban untuk menjalani operasi di RS Sumber Waras karena dokter di RSUD tersebut sedang terpapar Covid-19. “Kata pihak rumah sakit Arjawinagun juga anak saya harus dioperasi karena lukanya tembus ke paru-paru,” kata Atmaja.
Namun, setelah lebih dari 24 jam berada di RS Sumber Waras, Atmaja justru mengaku bingung mendengar besaran biaya operasi yang harus disiapkan sebesar Rp35 juta. Atmaja mengaku tidak tahu harus mencari kemana biaya operasi sebesar itu. Sehingga, ia tidak bisa memutuskan untuk menyetujui rencana operasi anaknya. Ia pun harus merelakan perawatan yang dijalani anaknya hanya menutup luka dengan gonta-ganti perban dan pemberian obat saja.
“Katanya biayanya 35 juta. Karena tidak bisa pakai BPJS, jadi harus pakai umum. Saya bingung dengan biaya sebesar itu. Tapi kata perawatnya, kalau tidak mau operasi ya dijahit saja biar darah tidak keluar,” kata dia. Sebagai buruh tani dan penggali kubur, Atmaja hanya bisa pasrah. Ia berharap pemerintah atau para dermawan bisa membantu biaya operasi anak keduanya tersebut.
Di tempat yang sama, paman korban, Supri (24) kepada Suara Cirebon, menjelaskan, peristiwa nahas yang dialami keponakannya bernama Deden, terjadi di jalan raya Panguragan-Arjawinangun, termasuk wilayah Desa Jungjang Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon pada Kamis dini hari (15/7) sekitar pukul 03.00 WIB. Menurut Supri, saat itu korban pulang dari rumah temannya di wilayah Panguragan. Korban kemudian pulang dan diantar temannya, TL ke Desa Bringin menggunakan motor matic. Dalam perjalanan, korban merasa diikuti oleh kelompok bermotor yang tidak diketahui Identitasnya.
Setibanya di lokasi kejadian, kata dia, korban kemudian dipepet oleh pelaku sehingga menyebabkan kendaraan yang ditumpanginya terjatuh. TL sendiri yang mengemudikan motor tersebut langsung lari meninggalkan korban. Sehingga, sat itu korban menjadi bulan-bulanan keganasan geng motor yang menggunakan berbagai macam senjata tajam (sajam). “Saat itu korban masih sadar, kata korban dia dipepet terus jatuh. Kemudian di kroyok oleh oleh sekitar 15 orang menggunakan sajam. Kalau saja tidak pakai helm diperkirakan korban bisa meninggal. Karena waktu saya di lokasi ada kayu, batako dan lainnya,” jelas Supri, Jumat (16/7/2021).
Setelah itu, kelompok geng motor pergi begitu saja meninggalkan korban yang dalam kondisi setengah sadar. Dalam kondisi tersebut, korban berusaha mencari tempat yang aman untuk meminta pertolongan masyarakat. Tak diduga, ternyata ada seorang saksi yang melihat korban setelah melihat tetesan darah di lokasi. Saksi tersebut kemudian menghubungi keluarga korban dan dirinya adalah orang pertama yang mendapat kabar tersebut. “Sayalangsung ke lokasi kejadian, disitu kondisi korban memprihatinkan. Terbaring penuh darah di lantai dua Madrasah dekat lokasi kejadian,” paparnya.
Melihat kondisi tersebut, Supri pun langsung menghubungi ayah korban kemudian mengevakuasinya ke RSUD Arjawinangun. Ia juga langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Arjawinangun agar bisa segera menangkap para pelakunya. “Kiita laporkan ke Polsek Arjawinangun paginya. Anggota Polsek langsung sigap ke lokasi dan melakukan olah TKP di lokasi kejadian. Barang bukti yang diamankan oleh polisi ada batako, helm korban yang pecah, kayu, batu, baju korban penuh darah dan jari korban yang putus,” katanya. (Islah)