MAJALENGKA, SC- Petani di Kabupaten Majalengka menolak wacana impor jagung. Petani di kota angin berharap pemerintah tidak merealisasian wacana impor jagung yang dinilai akan merugikan petani.
“Kami berharap pemerintah membatalkan rencana melakukan impor jagung, karena itu hanya akan makin menyengsarakan petani,” ujar Tatang, petani jagung di Desa Kulur, Kecamatan Majalengka, Sabtu (2/10/2021).
Menurut Tatang, setiap tahunnya panen jagung di Kabupaten Majalengka melimpah. Keuntungan yang diperoleh petani dari hasil panen jagung juga tidak terlalu besar. “Sehingga bila pemerintah melakukan impor, maka petani menjadi pihak pertama yang dirugikan,” katanya.
Menurut Tatang, harga jual panen jagung tak jauh berbeda dengan padi. Harga jual hasil panen jagung juga berfluktuasi. Ia mencontohkan hasil panen tahun ini, yang harganya mengalami penurunan dari sebelumnya,(awal musim panen).
“Awal panen harganya di atas Rp5 ribu, bahkan, ada yang Rp5.200,-.Tetapi harga kemudian terus mengalami penurunan hingga di kisaran Rp4 ribu per kilogram,” jelasnya.
Ia berharap wacana pemerintah untuk melakukan impor jagung tidak direalisasikan. Mudah-mudahan hanya rencana saja, karena bila itu dilakukan harga akan semakin merosot.
Untuk diketahui, Kabupaten Majalengka menjadi salah satu daerah dengan kontribusi produksi jagung terbesar di Jawa Barat bersama sejumlah daerah lainnya, seperti Sumedang, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Cianjur, dan Sukabumi. Pada tahun 2016 hasil panen jagung tercatat mencapai 152.032 ton pipilan kering dengan luas panen 17.888 ha dan produktivitas 8,5 ton pipilan kering/ha.
BACA JUGA: Majalengka Jadi Model Pembibitan Sapi Unggul
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Majalengka Iman Firmansyah, Majalengka saat ini memiliki luas lahan jagung 18 ribu hektare dan rata-rata saat panen mampu menghasilkan sekitar 144 ribu ton jagung.
“Setiap tahunnya hasil panen melimpah, sehingga kami kira tidak perlu melakukan impor,” katanya.
Dia menilai bila impor dilakukan, bagaimana nasib hasil panen jagung petani. “Jika impor terus produksi dari kita siapa yang mau membeli,” ujarnya. (Dins)