SI putih cimplo atau apem dan si hitam kinca, ternyata memiliki makna yang cukup dalam. Pada zaman dulu merupakan bentuk sedekah tolak bala. Memiliki tekstur kenyal dan rasa hambar, yang kemudian dipadu dengan manisnya kinca atau gula merah cair. Cimplo atau apem ini merupakan bagian dari rebo wekasan.
Sesepuh Keprabonan, Pangeran Hanafi menjelaskan, bahwa sebenarnya sebelum nama apem, si putih hambar ini dikemal dengan nama cimplo. Hingga, akhirnya pada saat wabah panggeblug ada dan Sunan Drajat tiba di tanah Cirebon. Nama cimplo memiliki sebutan atau nama lain apem yang berasal dari bahasa Arab.
“Cimplo sebenarnya sudah ada dari dulu. Tapi, pada saat itu makanan ini diganti namanya jadi apem,” jelasnya, Rabu (6/10/2021).
Dikatakannya, apem yang dalam bahasa arab artinya pengampunan atau ampun mulut. Serta, kinca itu gula artinya manis. Melalui kedua makna ini, didapat pengertian dari sedekah cimplo atau apem sebagai ampunan bagi yang berbicara manis atau hal baik.
“Artinya untuk tolak bala ini. Cilaka dan selamatnya manusia itu dari mulut. Makanya gunakanlah mulut untuk berbicara yang baik yang manis-manis,” paparnya.
BACA JUGA: Bukan Tradisi Biasa, Rebo Wekasan Upaya Tolak Bala Zaman Sunan Drajat
Disampaikanmya, tradisi ini diadakan untuk menghindari blai atau bala atau sial atau celaka. Yaitu, dengan sedekah lewat cimplo atau apem.
Sementara itu, Lurah Sumber Abdul Rouf, mengapresiasi tradisi yang masih dilestarikan ini. Pasalnya, dengan melestarikan sebuah budaya dan tradisi, maka tidak akan menghilangkan identitas suatu daerah dan bangsa.
“Saya sangat mengapresiasi. Saya bangga, dan ini penting dilestarikan. Apalagi, rebo wekasan dan ngapem ini merupakan sejarah penting Cirebon,” tutupnya. (Sarrah)