CIREBON, SC- Sebanyak 3 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) masuk 120 besar program Innovillage tahun 2021.
Ketiga mahasiswa tersebut ialah, Zaenul Arifin dari Program Studi Teknik Informatika, Hafidz Al Qodri dan Muhammad Teguh N dari Program Studi Ilmu Keperawatan kampus setempat.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UMC, Wiwi Hartati MSi menjelaskan, Innovillage merupakan ajang kompetisi nasional sociopreneurship di bidang teknologi digital.
Ajang tersebut, kata dia, merupakan hasil kolaborasi PT Telkom Indonesia bersama Telkom University. Tujuannya, yaitu untuk menggugah mahasiswa di Indonesia agar dapat tetap produktif di masa pandemi Covid-19 kendati berada di kampung halaman masing-masing.
“Tim ini lolos Innovillage pada 6 Oktober 2021. Inisiasi program dirancang sudah sejak lama, dimulai pada awal Agustus (2021) saat program KKM di UMC mengangkat tentang mapping desa wisata di sekitar tempat tinggal mahasiswa,” jelas Wiwi.
Didampingi Ketua Bidang Publikasi Ilmiah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UMC, Desy Lusiyana MPd dan Dosen Pendamping, Ida Riaeni SSos MIKom, Wiwi pun menyematkan atribut untuk kegiatan mahasiswa dalam merancang inovasi digital membangun desa.
Penyematan atribut project sosial tersebut dilaksanakan di Lobi Gedung Rektorat Kampus 1 UMC yang beralamat di Jalan Tuparev, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Senin, (25/10/2021).
Sementara itu, Ida memaparkan, ide pengembangan program yang diusung mahasiswa UMC tersebut yaitu memanfaatkan teknologi Quick Response (QR) pada motif batik sebagai promosi desa wisata di Trusmi Wetan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
“Wisata dan kerajinan batik menjadi salah satu potensi yang dimiliki oleh desa (Trusmi Wetan) untuk meningkatkan perekonomian,” jelasnya.
Namun, menurut Ida, berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) serta memperhatikan inovasi dan kemitraan yang bisa bersinergi, sarana promosi dan informasi kepariwisataan dalam meningkatkan pendapatan asli Desa Trusmi Wetan dan perekonomian masyarakat sekitar dinilai belum optimal.
“Untuk itu, solusi terkait peningkatan sarana promosi adalah dengan pembuatan website Pengenalan Batik Berbasis Teknologi QR,” ucapnya.
Ketua Tim Innovillage UMC, Hafidz Al Qodri menjelaskan, pengembangan QR motif batik dapat membantu wisatawan mengetahui sejarah dan informasi terkait motif batik secara virtual.
“Dengan menggunakan gadget yang terkoneksi dengan jaringan internet, masyarakat belajar juga belanja,” jelasnya.
Pada periode pertama, Hafidz menerangkan, beberapa agenda yang telah dilaksanakan di antaranya, melakukan identifikasi potensi dengan melibatkan pihak-pihak terkait, melakukan perizinan tempat pelaksanaan kegiatan, dan pendekatan sekaligus penawaran mitra dengan beberapa stakeholder
Selain itu, lanju dia, pihaknya juga menggali informasi lebih dalam mengenai batik dan membuat media implementasi, di antaranya QR dan website. Hasil karya mahasiswa UMC ini pun bisa diakses di www.museumbatikdigital.com.
Masih kata Hafidz, kegiatan periode pertama program Innovillage ini berlangsung sejak tanggal 8 sampai 23 Oktober 2021. Bahkan, program ini pun masih berlanjut sampai 20 November 2021 mendatang. Selanjutnya, tim ini akan berkompetisi dengan peserta lain menuju top 10 besar Program Innovillage 2021 di Jakarta.
“Tidak menutup kemungkinan, ide QR promosi wisata ini bisa diduplikasi dan disebarkan di tempat lain,” ujar Hafidz.
BACA JUGA: Pembentukan Pascasarjana UMC Mengemuka, Rektor Paparkan Keberhasilan Kampus di Wisuda XXVII
Dia berharap, website tersebut bisa menjadi alternatif untuk wisatawan yang tidak bisa berkunjung secara langsung. Karena, saat ini masih dalam situasi pandemi Covid-19 sehingga diterapkan pembatasan aktivitas masyarakat.
Salah satu anggota tim, Zaenul Arifin mengaku, pihaknya optimis dapat menyelesaikan program tersebut dan siap bekerja sama dengan pihak mitra.
“Kita harus semangat menyelesaikan implementasi program agar bisa tepat waktu dan dikembangkan secara luas,” pungkas Zaenul. (Ril)