MALAM menjelang pencoblosan pemilhan kuwu (Pilwu) serentak Kabupaten Cirebon tahun 2021, suasana sejumlah desa menampakkan aura sakral nanmistis. Hal itu karena, adanya tradisi ritual nunggu damar (lampu minyak tanah) yang masih dipertahankan sejumlah desa setiap gelaran pilwu.
Ritual nunggu damar dilakukan dengan cara menyalakan lampu minyak tanah (cempor) lengkap dengan sesaji kembang, makanan dan minuman untuk mahluk tak kasat mata serta dupa kemeyan.
Sebagian masyarakat di Kabupaten Cirebon percaya, ritual nunggu atau perang damar (karena dilakukan semua calon kuwu, red) berpengaruh dalam melancarkan kepentingan calon kuwu dalam memenangkan pilwu yang diikutinya.
Budayawan sekaligus seniman asal wilayah utara Kabupaten Cirebon, H Sulama menuturkan, ritual damar menjadi salah satu ritual wajib bagi para calon kuwu di wilayah utara. Bahkan, lanjut Sulama, ritual nunggu atau perang damar menjadi salah satu manuver politik mereka untuk mengambil simpati warga.
“Calon kuwu menggunakan jasa orang ‘pintar’ dalam ritual damar ini, karena dipercaya di situ ada perang batin yang tak kasat mata yang hanya bisa dijalankan orang-orang tertentu,” kata Sulama kepada Suara Cirebon, Minggu (21/11/2021).
Ritual tersebut, lanjut Sulama dilakukan sejak matahari terbenam di malam hari H hingga fajar tiba. Karenanya, tidak aneh jika dalam pemilihan kuwu selalu dipenuhi suasana magis.
“Ini merupahkan tradisi budaya masyarakat pesisir Kabupaten Cirebon yang setiap malam pencoblosan menjadi bagian yang selalu dilaksanakan, ritual damar membakar kemenyanan dan sesajen. Ini sudah sejak dulu dilakukan oleh sesepuh jelang pencoblosan. Biasanya dilakukan pada saat menaruh kursi sesuai jam masing masing calon kuwu hingga pagi di saat hari pencoblosan,” ujarnya.
Menurut Sulama, masyarakat menyakini, calon kuwu yang menang dan yang kalah sudah bisa diprediksi dari nyala api pedupaan kemeyan saat tarung damar.
“Diyakini oleh masyarakat, kuwu yang akan menang biasanya ditandai dengan nyala api (pedupaan) yang lebih besar, konon katanya,” tandasnya.
BACA JUGA: Tukang Becak Kalahkan Calon Kuwu Petahana
Pantauan Suara Cirebon, perang damar pada Pilwu Serentak 2021 ini tidak seramai di masa normal. Pasalnya suasana pandemi Covid-19 membuat, tradisi damar di gelar di rumah masing-masing calon kuwu. Adapun yang digelar di desa tidak dilakukan di atas panggung sebagaimana saat kondisi normal, tetapi hanya digelar di salah satu ruangan desa secara tertutup dan tidak boleh disaksikan warga agar tidak terjadi kerumunan.
Tradisi nunggu atau perang damar ini kerap dilakukan para calon kuwu di Kecamatan Gunung Jati, Suranenggala, Kapetakan, Plered dan Kecamatan di wilayah uatara lainnya. (Kirno)