BUKAN hanya manusia, bahkan, kuda renggong pun harus beralih profesi menjadi kuda tuntun atau tunggangan bagi anak-anak. Tidak lain penyebabnya adalah pandemi Covid-19 yang enggan pergi dari bumi pertiwi, hingga mengakibatkan puluhan macam aktivitas keramaian masyarakat seperti hajatan terhenti. Tak hanya itu, budaya untuk nanggap (memanggil) sebagai hiburan pun berkurang terganti oleh organ dangdut, pop atau shalawatan.
Pemilik Sanggar Kuda Renggong Purnama, Anwar Ompong membeberkan, setidaknya hampir kurang lebih satu tahun ke-3 kuda miliknya tidak tampilkan jogetan atau tariannya di depan publik. Jelas, alasannya dikarenakan pandemi Covid-19.
Bukan hanya beralih profesi, kakek berusia 70 tahun ini mengatakan, bahwa, ke-3 kuda miliknya lebih sering menghabiskan waktu di rumah. Karena hal inilah, penghasilan yang didapatnya pun ikut menurun.
“Kalau hari minggu aja keluar, kalau hari biasa sayanya jualan sama istri di pasar. Jadi, ya banyak di rumah, dan penghasilan pastinya turun, ditambah sekarang orag sunatan atau hajatan jarang yang naggap karena diganti dangdut organ dan shalawatan,” imbuhnya, Minggu (5/12/2021).
Sebab, paling tidak dalam satu kali tanggap atau sewa kuda renggong untuk acara hajatan. Minimal Anwar akan mengantongi empat sampai lima juta rupiah yang itu pun dibagi-bagi kepada pemusik, dan personil lainnya.
“Biasanya, dapet satu atau dua kali undangan hajatan dan dapat 4 sampai 5 juta. Nantinya, tak bagi-bagi ke tukang musik, anak dan cucu yang ikutan ngebantu,” tutur Anwar Ompong.
Dalam sekali tuntun sendiri, dibeberkan Anwar, membandrolnya dengan harga Rp10 ribu. Sehingga, dalam sehari ia hanya mampu mengantongi Rp250 ribu rupiah per kuda. Itupun, diungkapkannya hanya di hari Minggu saja, belum lagi dibagi untuk anak, cucu, serta ongkos bolak balik bensin antara Plered dan Kasepuhan.
“Dibilang rugi ya ga, tapi ya pas-pasan sekali. Yang penting anak, cucu bisa dapet jajan minimal rokok lah, dan juga dikeluarinnya 3 kuda ini. Supaya ga kagetan sama kendaraan seperti motor, mobil, dan lainnya kalau sudah normal lagi,” kata Anwar.
BACA JUGA: Pelebaran Jalan Warungasem-Kedawung Bakal Dilanjutkan Dinas PUTR Kabupaten Cirebon
Sayang anak, sayang cucu begitulah pikir Anwar yang memilih mengajak anak dan cucunya, dalam jasa kuda tuntun miliknya. Bukan sekedar sayang, tapi diarenakan ingin memberi kepercayaan dan keyakinan pada keluarganya. Juga, ingin membantu mereka agar memiliki penghasilan lebih dikala hari libur.”Ya daripada diam saja di rumah, ya sudah saya ajak untuk tuntun kuda,”ucapnya.
Tempat mengetem atau stand by Anwar Ompong dan kuda-kudanya sendiri biasanya di Kasepuhan, Kawasan Bima, dan Sumber Car Free Day (CFD). (Sarrah)