Pasalnya, hingga saat ini anggaran untuk mendukung kegiatan tersebut belum tersedia. Sejak mewabahnya Covid-19 pada tahun 2020 lalu, anggaran terkena refocusing untuk penanganan dan pengendalian Covid-19.
Hal tersebut dikemukakan Koordinator kepegawaian, UPT Wilayah I DPUTR Kabupaten Cirebon, Sapi’i, menanggapi kondisi saluran sekunder Srombyong yang saat ini mengalami sedimentasi cukup tinggi. Menurut Sapi’i, kondisi tersebut membuat pihaknya tidak dapat berbuat banyak.
BACA JUGA: Sedimentasi Saluran Sekunder Srombyong Tinggi, Perlu Segera Dilakukan Normalisasi
Sejumlah permohonan normalisasi dari beberapa pemerintah desa yang diajukan ke UPT Wilayah I DPUTR Gegesik pun, kata Sapi’i, tidak ada yang bisa direalisasikan. Akibatnya, air yang sangat dibutuhkan para petani itu mengalami limpas di mana-mana.
“Itu bukan hanya di wilayah Kecamatan Kaliwedi, di wilayah Gegesik juga sama, ingin ada normalisasi,” kata Sapi’i, Selasa (14/6/2022).
Sebagai solusinya, ia meminta agar pihak pemerintah desa bisa secara swadaya menyediakan anggaran untuk biaya operasional normalisasi irigasi yang melintas di wilayah masing-masing. Sementara itu, pihak UPT Wilayah I DPUTR yang akan menyiapkan eskavator atau alat berat yang digunakan untuk melakukan pengerukan sungai irigasi tersebut.
“Kalau pemerintah desa mau, ya harus ada swadaya. Silakan biaya operasionalnya dari pemdes, kita yang menyediakan alat beratnya. Biayanya paling sekitar Rp 600.000 per hari. Yang sudah siap untuk swadaya normalisasi ini dari Desa Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik,” jelasnya.
BACA JUGA: Harga Cabai Naik, Pembeli “Kepedesan”
Diberitakan sebelumnya, Sedimentasi yang terjadi pada sungai irigasi Srombyong yang melintasi Desa Prajawinangun Kulon-Prajawinangun Wetan, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, sudah sangat tinggi. Tingginya sedimentasi bahkan hampir menyamai tingginya tanggul irigasi. Kondisi semakin diperparah dengan lebar sungai yang menyempit dan ditumbuhi rumput serta ilalang yang menghambat arus air.
Akibat pendangkalan saluran sekunder Srombyong tersebut, air sungai limpas hingga menggenangi jalan raya yang menghubungkan wilayah Kecamatan Gegesik dan Kaliwedi.
Informasi yang dihimpun Suara Cirebon menyebut, limpasan air yang menggenangi sejumlah titik di jalan raya tersebut, sangat mengganggu pengendara yang melintas. Kondisi itu terjadi bahkan ketika cuaca dalam kondisi normal atau tidak turun hujan di sekiar lokasi. Luapan air sungai tersebut, terjadi hampir setiap hari, terlebih ketika debit air dari hulu meningkat. (Islah)