Dalam keluhannya di akun FB-nya, Cicip merasa diabaikan seorang dokter spesialis RS Gunung Jati, hingga ibunya harus menunggu hingga 11 jam di Instalasi Gawat Darurat (IGD), untuk kepastian apakah akan dirawat inap atau rawat jalan.
Menurut Cicip, dirinya yang seorang anggota dewan saja masih mendapatkan pelayanan seperti itu dari pihak RSUD Gunung Jati, bagaimana dengan masyarakat biasa.
BACA JUGA: RSD Gunung Jati Siap Jadi RS Pendidikan
“Lalu bagaimana dengan warga kurang mampu yang berobat ke RS tersebut? Bisa dibayangkan ada banyak kasus yang terjadi. Harus ada perubahan dan perbaikan, manajemen RS wajib berbenah,” kata Cicip.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Cirebon, dr Katibi menyampaikan klarifikasi. Didampingi seluruh jajaran rumah sakit, Katibi menyampaikan, kejadian tersebut karena adanya miskomunikasi kedua pihak yakni keluarga pasien dan dokter spesialis.
“Keluarga pasien merasa telah menghubungi dokter tersebut, namun tidak mendapatkan tanggapan. Sedangkan keluarga pasien sudah menunggu selama sekira 11 jam,” kata Katibi, saat konferensi pers, Selasa (23/8/2022).
Katibi mengaku sudah mendengarkan keluhan dari pihak keluarga pasien dan kondisi pasien dikabarkan sudah membaik. Atas kejadian tersebut, pihaknya melalui komite medik melakukan pemeriksaan kepada dokter spesialis tersebut.
“Di RSD Gunung Jati ada komite medik dan di bawahnya ada tiga sub komite medik. Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan ke dokter spesialis tersebut. Nanti, hasilnya akan diumumkan,” tuturnya.
Katibi menjelaskan kondisi saat itu, IGD banyak melayani pasien yang masuk, sebanyak 85 pasien masih diatasi. Sementara pasien yang merupakan keluarga Cicip datang datang pada Minggu (20/8/2022) sekitar pukul 15.56 WIB, serta konsultasi ke dokter jaga di IGD.
BACA JUGA: Difasilitasi Komisi III, Mahasiswa Keperawatan Temui Direksi RSDGJ
Setelah itu, keluarga pasien menunggu apakah akan dirawat atau rawat jalan. Karena tidak mendapat kepastian dari dokter spesialis hingga pukul 02.30 WIB pada Senin dini hari, keluarga pasien memutuskan untuk pulang.
“Atas kejadian tersebut kami telah berkomunikasi kepada keluarga, dan memohon maaf kepada keluarga pasien yang juga anggota DPRD Kota Cirebon Pak Cicip Awaludin,” katanya.
Di akun media soalnya, anggota DPRD Kota Cirebon, Cicip Awaludin, menyampaikan tentang tidak tanggapnya oknum dokter spesialis di RSUD Gunung Jati terhadap pasien. Dalam cuitannya di akun Facebook dan Instagram pada Minggu malam (21/8/2022), Cicip menceritanya ibundanya masuk IGD RSUD Gunung Jati.
BACA JUGA: RSD Gunung Jati Cirebon Siapkan Layanan Kedokteran Nuklir
Di IGD ternyata sampai 11 jam tidak ada kepastian dari dokter spesialis, apakah ibundanya menjalani rawat jalan atau rawat inap.
“Oleh pihak RS dikabarkan dokter spesialis sudah dihubungi sejak Minggu malam hingga Senin pagi hari pukul 03.00 WIB. Selama itu tidak ada jawaban dari dokter. Sementara, situasi IGD terus ramai dengan kedatangan pasien. Kami dari pihak keluarga kemudian memutuskan untuk pulang dulu, karena selama 11 jam tidak ada kepastian,” ungkap Cicip.
Pihaknya kemudian disodorkan kertas berisi pernyataan pulang paksa. Dengan dilandasi kekecewaan yang sangat besar, terpaksa ditandatangani.
BACA JUGA: Komisi III Soroti Pelayanan RSD Gunung Jati
“Sudah 11 jam menunggu keputusan dari dokter, tapi tidak ada kepastian. Di IGD situasi makin ramai pasien. Sampai kapan ibu saya di IGD terus ? Direktur dan manajemen RS Gunung Jati harus bertindak terhadap oknum dokter spesialis yang tidak profesional dalam menjalankan tugasnya,” ujarnya.
Menurut Cicip, dirinya saja yang seorang anggota dewan masih mendapatkan pelayanan seperti itu dari pihak RSUD Gunung Jati.
“Lalu bagaimana dengan warga kurang mampu yang berobat ke RS tersebut? Bisa dibayangkan ada banyak kasus yang terjadi. Harus ada perubahan dan perbaikan, manajemen RS wajib berbenah,” lanjut dia.
BACA JUGA: Nakes RSD Gunung Jati Keluhkan Insentif
Dirinya juga menyampaikan ibundanya yang memiliki fasilitas BPJS, tetap tidak mendapatkan obat-obatan secara lengkap.
“Selalu saja ada obat yang harus dibeli di luar. Silakan tanyakan ke pasien BPJS, berapa banyak yang mengalami hal serupa. Kasihan warga kurang mampu yang memiliki fasilitas BPJS kalau tetap harus ada obat yang dibeli di luar,” pungkas Cicip. (Surya)