Hal itu dikemukakan pria yang akrab disapa Kang Azis itu saat memberikan apresiasi atas perhelatan Pasar Seni Rakyat yang diinisiasi PC Lesbumi NU Kabupaten Cirebon, di Lapang Bola Desa Sitiwinangun.
“Atas nama pengurus Nahdlatul Ulama, kami mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Sitiwinangun. Kemudian sekaligus menegaskan bahwa berkesenian dan berbudaya itu tidak diharamkan oleh Islam,” ujar Kang Aziz di sela-sela menonton pertunjukan Pasar Seni Rakyat, Minggu (28/8/2022) malam.
BACA JUGA: Bangkitkan UMKM, Seni dan Tradisi, Pasar Seni Rakyat Desa Sitiwinangun Jadi Ajang Promosi
Pihaknya berharap, tontonan Pasar Seni Rakyat ini bisa menjadi tuntunan terutama dalam dakwah dan mensyiarkan toleransi dan kedamaian antarsesama.
“Mari bersama-sama terus melestarikan budaya agar menjadi perekat warga Kabupaten Cirebon,” imbuhnya.
Pasar Seni Rakyat menyuguhkan lima sanggar seni yang ada di Kecamatan Jamblang seperti Langgeng Safitri Wijaya (Rampak Topeng Klana 9) dari Desa Orimalang, Sanggar Pokdarwis (Lais) dari Desa Bakung Kidul, Sekar Pusaka (Brai) dari Desa Wangunharja, Cipta Bagus Winangun (Sintren) dari Desa Sitiwinangun, dan Nimas Mayangsari (Sandiwara Putri Ong Tien Nio) dari Desa Bojong Lor.
BACA JUGA: Brai, Lantunan Seni Cirebon Penenang Jiwa
Kelimanya tampil memukau di hadapan para tamu undangan dan penonton yang asik menyaksikan sambil duduk di atas tikar yang dibawa dari rumah masing-masing.
Pasar Seni Rakyat itu juga dihadiri Bupati Cirebon, H Imron yang turut menikmati pagelaran sampai menjelang akhir acara.
“Saya merasa senang. Kalau bisa acara seperti ini diagendakan setiap tahun agar kita tahu budaya kita, budaya Cirebon. Saya ucapkan terima kasih kepada Lesbumi yang telah mengadakan acara seperti ini,” kata Imron, disambut tepuk tangan warga.
BACA JUGA: Seniman Cirebon Siap Meriahkan Pasar Seni Rakyat PC Lesbumi
Sementara itu, Nama Najwa dan Pandu, kakak-adik, asal Desa Sitiwinangun yang sama-sama penari, rupanya cukup menyita perhatian publik.
Anak dari pasangan Ayi Widarma dan Carkesi ini mendapat atensi luar biasa dari penonton. Bahkan, Bupati Cirebon tak segan-segan memberikan apresiasi saweran mengikuti para penonton saat keduanya tergabung menampilkan seni tradisi Sintren garapan Sanggar Cipta Bagus Winangun.
Pandu menari dan membawa gunungan wayang mengiringi Najwa sang kakak yang menjadi penari Sintren. Keduanya kompak dan saling mendukung satu sama lain.
BACA JUGA: Silaturahim Seniman Cirebon di Pasar Seni Rakyat Lesbumi
“Senang sekali. Tidak menyangka bisa seperti itu,” ujar Najwa semringah.
Sementara Pandu yang masih duduk di kelas 3 sekolah dasar mengaku menjadi penari karena terinspirasi dari sang kakak.
Kedua orangtuanya pun merasa sangat bersyukur.
BACA JUGA: Ketua KPAID Kabupaten Cirebon Resmikan Sanggar Seni Desa Kertawinangun
“Sebagai orangtua, kami berusaha menjaga dan memberikan bekal untuk di kemudian hari melalui seni. Semoga ini menjadi berkah bagi Pandu dan Najwa,” ujar Ayi yang biasa disapa dengan sebutan Bapak Dam.
Selain itu, kata Ayi, momen Pasar Seni Rakyat menjadi kesempatan yang baik untuk menggali potensi kesenian yang ada di Cirebon, khususnya Kecamatan Jamblang. (Sukirno)