Tekonologi yang meraih penghargaan dari Kemendesa PDTT itu berupa mesin serba guna yang bisa mengurai atau mencacah hingga menggiling tepung.
Ditemui Suara Cirebon di stand Provinsi Lampung, penerima anugerah Kemendesa PDTT, Heri Irawan, menyampaikan, untuk menciptakan mesin tersebut, dirinya harus melakukan riset selama sekitar enam bulan.
BACA JUGA: Pemprov Jabar Dorong Inovator Ketahanan Pangan
Menurut Heri, ide menciptakan mesin pengurai serba guna itu berawal dari keluhan temannya yang merupakan petani di desanya.
Heri menjelaskan, temannya itu mengeluhkan banyaknya batang pohon singkong yang dibiarkan berserakan karena tidak bisa dimanfaatkan dan sulit terurai. Dengan terciptanya alat tersebut, menurut Heri, beragam limbah dari mulai limbah peternakan hingga limbah pertanian bisa terurai.
“Contohnya limbah dari sawit dan pohon singkong. Pohon singkong ini kalau belum digiling ternak tidak akan mau. Tapi setelah digiling ternak jadi suka. Atau setelah digiling kita tabur buat kompos. Kemudian, alat ini juga bisa untuk membuat tepung, jagung, tongkol jagung, beras, kopi. Jadi satu alat bisa untuk beberapa macam,” kata Heri, didampingi kakaknya, Yuli Sunaryo.
Diakui Heri, mesin yang sama seperti yang diciptakan bersama kakaknya, Yuli Sunaryo itu memang sudah banyak beredar di pasaran. Namun yang membuatnya berbeda dari kebanyakan mesin serupa adalah pisaunya. Dengan mengembangkan pisau di dalam mesin tersebut, alat ciptaannya itu menjadi mesin serba guna dan meraih juara pertama pada lomba TTG XXIII tahun 2022 ini.
BACA JUGA: TTG Nusantara XXIII, Inovator Teknologi Berdatangan ke Cirebon
Heri menambahkan, mesin serba guna tersebut telah diproduksi secara massal sebanyak 300 unit dan sudah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia, dari mulai Lampung, Sumatera, Aceh hingga Madura.
“Ini sudah kita hak paten kan. Untuk harga jualnya, karena ini belum e-katalog Rp 4,3 juta,” ujar pria yang pernah menjadi pekerja proyek pembuatan pabrik sebagai tukang las itu.
Untuk bisa meraih juara pertama TTG tersebut, ia harus bersaing dengan 16 peserta dari daerah lainnya di Indonesia. Lomba TTG ini telah ia ikuti selama tujuh bulan, yakni sejak awal tahun 2022 ini.
Bahkan sebelum bisa bersaing di kancah nasional, Heri dan Yuli Sunaryo harus melalui kualifikasi dari tingkat kabupaten dan provinsi. Beruntung, dalam tahap kualifikasi tersebut ia mendapat dukungan pendampingan dan pelatihan dari pemerintah daerah setempat.
BACA JUGA: Gangguan Ginjal Akut, Berikut Imbauan Penting dari Ikatan Dokter Anak Indonesia
“Produk kami banyak, tapi karena stand kami sempit, jadi kami cuma bawa tiga jenis, termasuk mesin yang khusus pencacah. Kalau mesin serba guna type S400 menggunakan bensin, tapi kalau yang type L800 pakai diesel,” pungkasnya.***