Presiden Jokowi yang menjabat Presidensi G20 tahun 2022 ini, mengungkapkan sejumlah hal urgen dan strategis yang dihadapi masyarakat dunia.
Presiden Jokowi diapit dua Srikandi Indonesia yang berada di balik sukses penyelengaraan KTT G20, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Keuangan, Sri Mulyani.
Presiden Jokowi membuka dan menyampaikan pidato sambutan KTT G20 dalam kapasitas sebagai Presidensi G20, sebuah kaukus ekonomi terbesar dunia beranggotakan 20 negara besar.
Puncak pertemuan KTT G20 berlangsung selama dua hari. Dari Selasa hari ini, 15 November 2022, dan berakhir pada Rabu besok, 16 November 2022.
Dari 20 negara anggota G20, tiga kepala menyatakan absen. Hanya diwakilkan kepada Menteri Luar Negerinya, masing-masing Presiden Rusia, Vladimir Putin, Presiden Meksiko dan Presiden Brasil.
BACA JUGA: Ini Daftar Negara Anggota KTT G20, Pertama Kali Indonesia Jadi Tuan Rumah Jadi Sejarah
Namun untuk Presiden Rusia, Vladimir Putin yang diwakili menlu, Sergei Lavrov, ia menyatakan hadir secara virtual melalui teleconference langsung dari Kremlin, Moskwa, Rusia.
KTT G20 bertemakan “Recover Together, Rocever Stronger”. Isu utama ialah pemulihan bersama seluruh dunia setelah dihantam badai pandemi Covid 19, dan pemulihan ekonomi secara lebih kuat dari sebelumnya.
KTT G20 akan membahas sejumlah isu strategis yang berdampak global, dari mulai kesehatan, lingkungan, ancaman krisis pangan, pupuk hingga perang Rusia – Ukraina yang dampaknya sangat besar bagi dunia.
BACA JUGA: 3 Hari Jelang KTT G20, Turki Diguncan Bom, Meledak di Istanbul, 6 Tewas, 81 Luka-luka
Berikut pidato sambutan lengkap dari Presiden Jokowi pada pembukaan KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Selasa, 15 November 2022 :
Yang Mulia, Para Pemimpin, dengan ini saya nyatakan KTT G20 dibuka.
Selamat datang di Bali, selamat datang di indonesia, kehormatan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah KTT G20, saya paham seluruh upaya yang luar biasa agar kita duduk bersama di ruangan ini.
BACA JUGA: Tegang! Putin Batal Hadiri KTT G20 di Bali, Ada Ancaman Dipermalukan Hingga Pembunuhan
Para pemimpin yang saya hormati, dunia sedang menghadapi tantangan luar biasa, krisis-krisis terjadi, pandemi covid-19 belum selesai, rivalitas terus menanjak, perang terjadi, dan dampak berbagai krisis tersebut adalah ketahanan pangan, energi dan keuangan sangat dirasakan dunia, terutama negara bekembang.
Masalah pupuk jangan disepelekan. Jika kita tidak segera mengambil langkah agar ketersediaan pupuk mencukupi dengan harga terjangkau, maka 2023 akan menjadi tahun yang lebih suram.
Tingginya harga pangan saat ini dapat semakin buruk menjadi krisis tidak adanya pasokan pangan. Kelangkaan pupuk dapat mengakibatkan gagal panen di berbagai belahan dunia. 48 negara berkembang dengan tingkat kerawanan pangan tertinggi akan hadapi kondisi yang sangat serius. Selain itu, kita juga melihat tatanan dunia dan hukum internasional juga sedang diuji.
Hari ini mata dunia tertuju pada pertemuan kita. Apakah kita akan mencetak keberhasilan? Atau akan menambah satu lagi angka kegagalan? Buat saya, G20 harus berhasil dan tidak boleh gagal.
Sebagai presiden G20, Indonesia telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjembatani perbedaan yang sangat dalam, yang sangat lebar.
BACA JUGA: Daftar Ekonomi 10 Negara Besar Dunia, Indonesia Kalahkan Inggris dan Prancis
Namun, keberhasilan hanya akan dapat tercapai jika kita semua, tanpa terkecuali, berkomitmen, bekerja keras, menyisihkan perbedaan-perbedaan untuk menghasilkan sesuatu yang konkret, sesuatu yang bermanfaat bagi dunia.
Yang Mulia,
Indonesia memiliki 17.000 pulau, 1.300 suku bangsa, serta lebih dari 700 bahasa daerah. Demokrasi di Indonesia berjalan dari tataran tingkat desa, pemilihan kepala desa, sampai tataran negara, pemilihan presiden, gubernur, bupati, dan wali kota.
Sebagai negara demokrasi, Indonesia sangat menyadari pentingnya dialog untuk mempertemukan perbedaan, dan semangat yang sama harus ditunjukkan G20.
BACA JUGA: Cara Menghadapi Ekonomi Sulit Menurut Orang Zaman Dulu
We have no other option. Paradigm of collaboration is badly needed to save the world. We all have responsibility, not only for our people, but also for the people of the world.
Being responsible means respecting international laws and principles of the UN Charter consistently. Being responsible means creating win-win, not zero-sum situations.
Being responsible here also means that we must end the war. If the war does not end, it will be difficult for the world to move forward. If the war does not end, it will be difficult for us to take responsibility for the future of current generation dan future generations.
We should not divide the world into parts. We must not allow the world fall into another cold war.
BACA JUGA: Tegang! Putin Batal Hadiri KTT G20 di Bali, Ada Ancaman Dipermalukan Hingga Pembunuhan
Yang Mulia,
Indonesia berharap G20 dapat terus menjadi katalis pemulihan ekonomi yang inklusif. Di tengah situasi yang sangat sulit, G20 terus bekerja agar menghasilkan capaian konkret, mempersiapkan dana untuk menghadapi pandemi mendatang melalui pandemic fund, membantu ruang fiskal negara berpendapatan rendah melalui resilience and sustainability trust, mendorong percepatan pencapaian SDGs, menghasilkan ratusan kerja sama konkret, serta mendukung pemulihan ekonomi dunia yang lebih hijau dan berkelanjutan melalui Bali Compact mengenai transisi energi. Kita tidak hanya bicara, tapi melakukan langkah-langkah nyata.
Akhir kata, mari kita perlihatkan kepada dunia bahwa kita dapat bersikap bijak, memikul tanggung jawab, dan menunjukkan jiwa kepemimpinan. Mari kita bekerja, dan mari kita bekerja sama untuk dunia. Recover together, recover stronger.
Itu lah yg ingin saya sampaikan sebagai pembukaan. selanjutnya kita mulai dengan diskusi tertutup, saya mohon awak media meninggalkan ruang pertemuan, terima kasih.*
BACA JUGA: Ini Daftar Negara Anggota KTT G20, Pertama Kali Indonesia Jadi Tuan Rumah Jadi Sejarah