“Ini dimulai di abad 16. Ikan bandeng memang banyak terdapat di daerahg Juwana. Bahkan sampai sekarang, Juwana sangat terkenal dengan berbagai olahan ikan bandeng, terutama bandeng asap duri lunaknya,” tutur Suhu Jeremy.
Mengapa masyarakat Tionghoa di Juwana, Semarang dan sekitarnya menyajikan ikan bandeng di malam Imlek.
Selain ikan bandeng banyak terdapat di daerah pantura Jawa tersebut, juga karena tekstur ikan yang sepertinya sesuai dengan filosofi yang disampaikan di setiap Imlek.
Ikan bandeng memiliki tekstur berupa duri yang banyak. Ini lalu dimaknai sebagai lambang kehidupan manusia yang berliku.
Menikmati daging ikan bandeng perlu kehati-hatian dan kesabaran karena duri yang banyak terdapat di dalamnya, baik duri lembut sampai duri besar.
Perlu kehati-hatian dan kesabaran supaya bisa menikmati daging ikan bandeng yang empuk dan gurih.
“Ikan bandeng sangat cocok dengan nilai filosofis orang etnis Tionghoa. Bahwa hidup butuh kehati-hatia, kesabaran dan keuletan untuk bisa sukses,” tutur Suhu Jeremy.
Sejak itu, ikan bandeng menjadi pilihan bagi warga etnis Tionghoa (China) di pantura Jawa sampai sekarang. Makin besar ikan bandeng yang disajikan, maka makin besar tantangan hidup yang harus dihadapi.
BACA JUGA: 5 Rahasia Kenapa Orang China Banyak yang Kaya dan Sukses, Ini Catatan Tahun Baru Imlek