Di Kecamatan Kaliwedi, lahan yang terdampak banjir seluas 450 hektare, 172 hektare di antaranya gagal tanam. Di Kecamatan Suranenggala, imbuh Asep, ada 552 hektare yang terendam banjir. Dari jumlah tersebut, sebanyak 316 hektare gagal tanam. Itu artinya, tanaman yang masih ada sebanyak 84 hektare.
“Di Kecamatan Jamblang ada 150 hektare yang terendam, 50 hektare gagal tanam dan kondisi sudah surut. Jadi, total lahan yang terkena banjir itu 5.760 hektare dan gagal tanam 3.478 hektare,” terangnya.
Asep menyampaikan, penyebab ribuan hektare lahan terendam banjir, akibat luapan dari beberapa sungai besar dan terjangan banjir rob dari Laut Jawa.
Permasalahan banjir di lahan pertanian ini, sambung Asep, menjadi tanggungjawab semua pihak, salah satunya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung sebagai otoritas.
“Kejadian yang terjadi pada awal 2023 ini, terparah dalam 4 tahun terakhir ini,” ucapnya.
Saat ini, Distan berupaya mengusulkan bantuan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Selain itu, sudah melaksanakan pompanisasi air ke saluran pembuang dan menyosialisasikan penggunaan benih tahan genangan seperti inpari30, Ciherang sub1, Inpara 1 sampai 10 alias padi rawa. Selain itu, Distan juga sudah berkoordinasi dengan PUTR dan BBWS.
“Kami sampaikan terima kasih kepada Pemdes yang sudah gotong royong melakukan normalisasi walaupun sebatas kemampuan mereka,” pungkasnya.***
BACA JUGA: Disdukcapil Kabupaten Cirebon Kenalkan IKD, Warga Bisa Aktivasi KTP Digital di Kecamatan
















