Meski belum berhasil meraih peringkat kesatu, namun torehan juara empat pun sudah menjadi kebanggaan. Pasalnya, dirinya baru kali pertama mengikuti lomba debat Arab tingkat internasional.
“Awal ketertarikan saya dalam bidang bahasa Arab sudah dari masa pendidikan di pesantren. Saya pun getol mempelajari ilmu nahwu dan shorof untuk memperluas pengetahuan tentang gramatikal bahasa Arab,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Komeng juga mengaku menambah wawasan kebahasaan dengan memanfaatkan teknologi.
BACA JUGA: PERHATIKAN! Ini 4 Syarat Kesehatan untuk Ibadah Haji
“Saya berteman dengan sejumlah orang Timur Tengah melalui jejaring Facebook. Komunitas virtual dimanfaatkan untuk menyesuaikan aksen-aksen bahasa Arab termasuk vocab-nya,” ujar Komeng.
Sebagai pelajar sekaligus santri dengan segala keterbatasan, Komeng sadar akan keilmuan yang dimiliki.
“Saya optimis menjadi orang besar dalam mencapai mimpi harus terus belajar,” tegasnya.
Terbukti, dengan bekal keilmuan ditambah himmah atau semangat bisa membawanya hingga terbang ke Timur Tengah. Negara yang menjadi dambaan untuk didatangi sejak menjadi seorang santri, yang awalnya hanya angan-angan.
BACA JUGA: Satu Abad NU, Nahdliyin dan Santri, Ramaikan Medsos Lewat 19 Link Twibbon di Bawah Ini