“Meski harganya lebih mahal ya terpaksa dibeli karena ingin tanaman tumbuhnya bagus sehingga hasil panennya banyak,” ujarnya.
Senada dikatakan Sahwi, petani di Kelurahan Babakan Jawa. Dia mengatakan, petani masih enggan menggunakan pupuk organik untuk pemupukan sawah.
Di daerahnya, kata Sahwi, rata-rata petani masih menggunakan pupuk nonorganik. Meski sekarang jumlahnya yang disubsidi berkurang karena dialihkan ke jenis pupuk organik.
BACA JUGA: Petani Majalengka Keluhkan Ketersediaan Pupuk
“Sekarang pupuk urea yang disubsidi katanya dikurangi, sebagian diganti dengan pupuk jenis organik. Tapi karena tidak biasa menggunakan pupuk organik, banyak yang tidak menebus,” ucapnya.
Masih banyaknya petani yang enggan menggunakan pupuk organik diakui oleh Ade, salah satu pengecer pupuk.
Dia mengatakan, banyak petani tidak membeli atau menebus pupuk organik, meski sudah masuk dalam hitungan qouta sesuai RDKK.
“Alasannya macam-macam, ada yang janji nanti, ada juga yang terang-terangan tidak akan menebusnya, karena tidak mau memakai pupuk organik untuk tanaman padinya,” kata Ade.***
BACA JUGA: DPRD Majalengka Seriusi Persoalan Pupuk Bersubsidi, Aneh Pupuk Subsidi Sulit Diperoleh Petani