Senada, dikatakan Neneng, petani lainnya di Kecamatan Maja. Ibu dua anak ini mengaku hanya mendapatkan 75 kg pupuk bersubsidi. Padahal setiap tahunnya dibutuhkan hampir 175 kg pupuk untuk lahan pertanian sayuran miliknya.
Jumlah yang jauh dari kebutuhan membuat Neneng kelabakan. Pasalnya dirinya harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk pemupukan. Seperti halnya Ajid, Neneng juga menolak untuk membeli pupuk organik yang ditawarkan oleh pengecer.
Ia beralasan belum biasa menggunakan pupuk nonorganik. Selain itu, dirinya belum pernah melihat petani lainnya menggunakan pupuk organik unuk tanaman sayuran seperti bawang, kentang ataupun kol.
BACA JUGA: Harga Beras Semakin Mahal, Warga Majalengka Beralih ke Jenis Medium
“Khawatir nanti hasilnya malah mengecewakan, makanya biar mahal terpaksa membeli pupuk yang biasa dipakai,” katanya.
Keluhan dalam pemenuhan pupuk bersubsidi juga dialami petani sayuran di wilayah Kecamatan Lemahsugih. Petani sayuran di ujung selatan Kabupaten Majalengka ini pun mengaku kerepotan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.
“Meski punya kartu tani, tetap saja susah mendapatkan pupuk, karena pada saat akan digunakan di toko tidak tersedia pupuk bersubsidinya. Yang ada malah pupuk nonsubsidi,” ujar Mumuh, petani di Desa Lemahsugih.***
BACA JUGA: Intensitas Hujan Tinggi, Majalengka Diintah Bencana Longsor dan Banjir