Hingga Kamis, 2 Maret 2023, wabah difter telah menelan korban 8 jiwa. Munculnya penyakit menular berbahaya ini terjadi Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut.
Pertama muncul wabah difteri ini sejak pekan terakhir bulan Februari 2023 lalu. Hingga kini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Garut dan Pemprov Jawa Barat, melakukan pemantauan ketat.
Kepala Dinkes Garut, Farid Maskut menjelaskan, 8 warga yang meninggal positif terjangkit penyakit difteri setelah diperiksa kesehatannya.
“Ada 8 yang meninggal. Warga dari desa yang terjangkit penyakit ini. Hasil pemeriksaan positif difteri,” tutur Farid Maskut.
Korban ke 8, terjadi pada Senin, 27 Februari 2023 lalu. Korban menunjukan gejala sama dengan korban lain yang telah meninggal dunia.
“Gejalanya sama. Mengalami panas selama tujuh hari. Diduga, merembet ke jantung. Difter ini bakteri yang mengeluarkan racun. Racunnya merembet ke jantung,” tutur Farid Maskut menjelaskan penyebab kematian korban ke 8 dari wabah difteri.
Kemenkes sendiri telah menetapkan wabah difteri di Garut sebagai KLB. Kemenkes langsung melakukan program darurat penanganan.
Berkoordinasi dengan Dinkes Jabar dan Dinkes Garut, sejak Rabu kemarin, 1 Maret 2023, langsung dilakukan imuniasi massal.
Sasara vaksinasi atau imunisasi pertama di desa dan kecamatan yang muncul gejala wabah difteri dengan menelan 8 korban jiwa.
Ada sedikitnya 11.000 warga yang menjadi sasaran imunasi atau vaksinasi di Sukahurip dan sekitarnya di Pangatikan.
“Putaran pertama di desa yang ditemui kasus difteri dan menelan korban jiwa. Lalu di desa sekitar di satu kecamatan,” tutur Farud Maskut.
Sejumlah siswa di sekolah-sekolah di Sukahurip dan sekitarnya, langsung menjalani imuniasi atau vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan terhadaps erangan difteri yang disebabkan bakteri.
Sejumlah program penanganan darurat lain juga mulai dilakukan sejak berstatus KLB untuk wabah difteri di Garut.***