Sekretaris Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon, drh Encus Suswaningsih, mengatakan, potensi terjadinya flu burung di wilayah Kabupaten Cirebon sangat memungkinkan.
Pasalnya, Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah endemik flu burung H5N1.
Encus menyebutkan, Kabupaten Cirebon merupakan gerbang antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah yang mobilitasnya tinggi.
Sehingga penyebaran flu burung lebih berpotensi dibandingkan wilayah lainnya di Ciayumajakuning.
Karena itu, pihaknya mengimbau kepada seluruh peternak unggas untuk menjaga kebersihan kandang, sehingga penyakit tersebut tidak mewabah.
“Masyarakat yang punya unggas, harus rajin membersihkan kandang pakai disinfektan. Mudah-mudahan di Kabupaten Cirebon tidak ada wabah flu burung,” kata Encus, Kamis (2/3/2023).
Selain itu, Distan juga sudah mengeluarkan surat edaran ke seluruh UPT Puskeswan hingga ke UPT pasar hewan untuk mencegah terjadinya kasus flu burung.
Encus menyampaikan, flu burung memang pernah mewabah di Kabupaten Cirebon pada 2004.
Setelah itu, terjadi lagi di tahun 2018 dimana lebih dari 100 ekor unggas mati mendadak akibat penyakit yang memang muncul tenggelam tersebut.
Kemudian hingga akhir 2022 sampai awal 2023 ini, kata dia, pihaknya menemukan 100 ekor ayam kampung unggul bantuan pemerintah pusat yang mati mendadak.
Ke-100 ekor ayam yang mati mendadak tersebut terjadi di Desa Sumurkondang dan Desa Blender, Kecamatan Karangwareng.
Namun setelah dilakukan pemeriksaan di laboratorium Losari, ternyata hasilnya negatif dari flu burung.
“Jadi alhamdulillah sampai sekarang di Kabupaten Cirebon belum ada kasus flu burung,” terangnya.
Kasus kematian unggas akibat flu burung sudah mulai terdeteksi di Jawa Barat. Dua wilayah dilaporkan terpapar avian influenza (AI) yaitu Kota Cirebon dan Kota Cimahi.
Pejabat Otoritas Veteriner Jawa Barat, drh Supriyanto mengatakan, kasus flu burung di Kota Cirebon terdeteksi sejak awal Januari 2023.
Sedangkan di Kota Cimahi, kasus itu terungkap setelah 49 unggah milik peternak mati mendadak sejak 16-21 Februari 2023.
Seorang anak perempuan berusia 11 tahun di Kamboja meninggal akibat terinfeksi virus flu burung H5N1.
Ini membuktikan bahwa flu burung menular dari unggas ke manusia. Di Indonesia tercatat 168 orang meninggal akibat virus flu burung.
Flu burung memang dikategorikan sebagai penyakit zoonosis atau penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya.
Penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A sub tipe H5N1 ini dapat menular ke manusia, jika seseorang melakukan kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi, seperti menyentuh ataupun menghirup percikan cairan saluran pernapasan (droplet) unggas tersebut.
Seperti Virus Corona, flu burung memiliki alur penularan yang sama, yakni virus akan masuk ke dalam tubuh, jika orang yang melakukan kontak langsung dengan unggas terinfeksi menyentuh area mata, hidung, maupun mulut.
Di Indonesia, setelah merebak sejak Oktober 2003, virus flu burung kemudian dikonfirmasi sebagai penyebab kematian dari 3 orang warga Tangerang pada 20 Juli 2005.
Mengutip informasi dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Menteri Kesehatan kala itu, Siti Fadilah Supari menyebut temuan kasus flu burung pada manusia diketahui setelah Kemenkes melakukan pemeriksaan di pusat laboratorium rujukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Hong Kong.***