SUARA CIREBON – Gunung Merapi meletus, erupsi semakin intens. Dari sejak pertama meletus ditandai dengan menyemburkan awan panas (wedhus gembel) pada Sabtu tengah hari 11 Maret 2023, sampai Selasa, 14 Maret, masih terus berlangsung.
Hasil catatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Tekonologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat jumlah berapa kali erupsi Merapi menyemburkan wedhus gembel.
BPPTKG mengungkapkan hasil pemantauan sejak Sabtu ketika pertama menyemburkan wedhus gembel atau awan panas ke udara, sampai Selasa, 14 Maret 2023.
Merapi terpantau mengeluarkan wedhus gembel atau awan panas sebanyak 60 kali sampai Senin kemarin (13 Maret 2023).
“Hasil catatan kami, sejak Sabtu pertama erupsi sampai Senin kemarin, Merapi telah menyemburkan awan panas (wedhus gembel) sebanyak 60 kali,” tutur Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso.
BPPTKG melakukan pengamatan terhadap erupsi Merapi dengan menggunakan drone. Terpantau guguran awan panas atau wedhus gembel yang keluar dari puncak gunung yang terletak di perbayasan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Jawa Tengah tersebut.
BPPTKG, melalui drone juga memantau pergerakan awan panas yang dimuntahkan dari puncak Merapi, lebih ke arah Barat Daya, ke Kali Bebeng di wilayah Kabupaten Magelang.
“Atah semburan awan panas ke Barat Daya, menuju Kali Bebeng,” tutur Agus Budi.
Jarak luncur guguran awan panas atau wedhus gembel, menuju alur Kali Bebeng dengan jarak luncuran antara 3,7 sampai 4 kilometer.
BPPTKG juga mengungkapkan zona bahaya akibat longsoran awan panas dari erupsi Merapi yang mengarah ke Barat Daya.
Berikut catatan BPPTKG mengenai zona potensi bahaya banjir lahar dari awan panas Merapi :
- Kali Woro sejauh 3 km
- Kali Gendol sejauh 5 km
- Kali Bedok sejauh 7 km
- Kali Bebeng sejauh 7 km
- Kali Krasak sejauh 7 km
“Waspadai kali hujan turun di daerah lereng Merapi. Awan panas itu akan terbawa air hujan bisa menjadi banjir lahar yang berbahaya,” tutur Agus Budi.
BPPTKG mengungapkan kalau wilayah DI Yogyakarta dan Jateng di sekitar lereng Merapi, masih rawan terjadi hujan lebat.
“Kalau hujan lebat, awan panas itu akan terbawa air dan menjadi banjir lahar ke wilayah hilir,” tutur Agus Budi.***