SMK Telkom membantah kalau pemecatan Sabil berkaitan secara khusus dengan kritiknya terhadap jaket kuning Ridwan Kamil.
Terungkap, ternyata sebelumnya, SMK Telkom sudah dua kali memberi peringatan kepada Sabil terkait masalah etika dan kedisiplinan.
Wakil Kepala Sekolah SMK Telkom, Cahya Haryadi mengungkapkan kalau pihaknya sudah dua kali memberi peringatan tertulis kepada Sabil.
“Pertama September karena ada orang tua yang tidak terima dengan perkataan kasar Sabil kepada anaknya. Ini pada September 2022,” tutur Cahya.
Peringatan kedua pada Oktober 2022. Sabil kedapatan merokok di ruang guru. Ia mematikan kamera CCTV untuk menyembunyikan diri dari tindakan tidak disiplin itu.
“Peraturan sekolah, tidak boleh merokok di ruang guru atau lingkungan sekolah,” tutur Cahya menjelaskan surat peringatan kedua kepada Sabil.
Peringatan ketiga inilah yang menjadi persoalan. Sabil langsung diberhentikan. Ini setelah Sabil mengritik Gubernur Ridwan Kamil melalui kolom komentar akun Instagram Ridwan Kamil.
Sabil mengritik Ridwan Kamil yang melakukan zoomeeting dengan siswa SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya dengan mengenakan jaket kuning yang diasosiasikan sebagai warna Partai Golkar tempat Ridwan Kamil kini menjadi Wakil Ketua DPP partai beratribut warna kuning tersebut.
SMK Telkom memberi surat peringatan ketiga dan langsung memberhentikan Sabil. Peraturan di sekolah tersebut, apabila ada tiga kali perngatan, maka dianggap telah mengundurkan diri.
“Peraturan sekolah, jika ada yang dapat peringatan tiga kali, maka dianggap sudah mengundurkan diri,” tutur Cahya.
Meski sudah diberhentikan, namun Yayasan Miftahul Ulum yang menaungi SMK Telkom, masih memberi kesempatan kepada Sabil jika ingin kembali mengajar.
“Kalau yang bersangkutan mau kembali mengajar, kami buka seluas-luasnya. Namun dengan sejumlah catatan agar yang kemarin tidak terulang lagi,” tutur Elis Suswati, mewakili pihak yayasan.
Nah bagaimana jawaban Sabil. Secara mengejutkan, Sabil menolak tegas. Ia tidak akan mengambil peluang untuk kembali mengajar di SMK Telkom tempat dua tahun ini dia bekerja sebagai guru honorer.
“Nggak,” ujar Sabil saat ditawari pihak yayasan untuk kembali mengajar di SMK Telkom.
Sabil mengaku sudah tidak enak hati dengan pihak SMK Telkom. Ia juga tidak ingin SMK Telkom terbawa-bawa karena masalah yang menyangkut dirinya.
“Saya merasa nggak enak sama SMK. Sekarang jadi kena impact (dampak), terbawa-bawa karena masalah ini,” tutur Sabil.***