SUARA CIREBON – Sejak tahun 1993 Panji Gumilang dan pimpinan Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) mulai merintis pembangunan Pesantren Al Zaytun di Desa Mekarjati, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, puluhan, bahkan ratusan pejabat pernah datang ke pesantren tersebut.
Baik sekadar kunjungan biasa, kunjungan kerja atau momen-momen penting dari perkembangan pembangunan Mahad Al Zaytun pimpinan Panji Gumilang tersebut.
Misalnya peresmian Masjid Rahmatan Lil Alamain, masjid raya yang bisa menampung seratus ribu jemaah di areal Al Zaytun, dilakukan Presiden Republik Indonesia di tahun 1999, yakni BJ Habibie.
Presiden BJ habibie berkunjung ke Al Zaytun untuk meresmikan Masjid Rahmatan Lil Alamin di areal pesantren terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Diantara rangkaian acara peresmian, Panji Gumilang selaku pimpinan Al Zaytun, selalu menyempatkan satu agenda yakni penanaman pohon.
Para pejabat penting yang hadir ke Al Zaytun, oleh Panji Gumilang diminta meninggalkan kenang-kenangan dengan menanam pohon.
Berbagai jenis pohon ditanam di halaman di berbagai tempat di areal Al Zaytun yang luasnya kini mencapai 1.200 hektare.
Kebiasaan Panji Gumilang, memberikan penghormatan kepada para pejabat penting negara untuk menanam pohon, diantaranya Presiden BJ Habibie.
Selain Presiden Habibie, puluhan, bahkan ratusan pejabat penting negara diberi kehormatan menanam pohon. Panji Gumilang dengan Al Zaytun lantas menamakan pohon tersebut dengan nama pejabat yang menanam tadi.
“Jadi kalau ingin lihat siapa pejabat tinggi negara atau pejabat penting yang pernah datang ke Al Zaytun, bisa dilihat dari daftar nama pohonnya,” tutur budayawan Indramayu asal Anjatan, KH Amsori.
Anjatan adalah nama kecamatan yang berbatasan dengan Haurgeulis. Di awal pembangunan Al Zaytun di tahun 1993, wilayah Al Zaytun dulu masih masuk Kecamatan Haurgeulis.
Hanya saja, setelah ada pemekaran, areal Al Zaytun kini masuk kecamatan pemekaran bernama Kecamatan Gantar terletak di ujung barat wilaah selatan Indramayu yang berbatasan dengan sebagian Subang dan Sumedang.
“Syekh Panji (Panji Gumilang) sejak awal sangat konsen dengan pepohonan. Berbagai jenis pohon ditanam di Al Zaytun, adri tanaman keras seperti jati, trembesi, mahoni dan sejenisnya, juga tanaman buah khas dari Timur Tengah,” tutur Amsori.
Di areal pesantren Al Zaytun, tumbuh subur tanaman endemik dari Timur Tengah seperti pohon kurma, tien dan zaitun sendiri.
“Saya justru pertama melihat ada pohon buah zaitun dan tien tumbuh subur dan berbuah di Al Zaytun. Dulu sempat heran. Tanaman Timur Tengah bisa tumbuh subur di Al Zaytun,” tutur KH Amsori.
Masyarakat Indramayu barat, terutama dari Patrol, Anjatan sampai Haurgeulis merasakan bagaimana masifnya saat pertama kali pembangunan Al Zaytun.
“Kalau malam hari, jalan raya Patrol – Haurgeulis sangat ramai. Ratusan truk ukuran besar tiap malam lewat membawa berbagai bahan bangunan selama pembangunan Al Zaytun,” tutur KH Amsori.
Sejak tahun 1993, bahkan sampai tahun 2023, nyaris tidak pernah absen konvoi truk membawa berbagai jenis bahan bangunan untuk pembangunan Al Zaytun.
“Kalau sekarang sudah agak jarang. Mungkin karena bangunan utamanya sudah berdiri. Juga ada akses lain lewat selatan dari Gantar,” tutur KH Amsori.
Selain pohon, Panji Gumilang memiliki kebiasaan menjadikan nama tokoh-tokoh besar sebagai nama bangunan.
Di Al Zaytun ada sejumlah bangunan megah yang dibangun di masa-masa awal dengan nama Soeharto, Presiden RI kedua. Ada juga bangunan bernama Ir Soekarno, Presiden RI pertama.
Al Zaytun dirintis di tahun 1993 di masa pemerintahan Soeharto. Adik Panji Gumilang, Adung Sadayu mengungkapkan hubungan dekat Al Zaytun dan Panji Gumilang dengan Soeharto serta keluarga Cendana.
Panji Gumilang sendiri bahkan mengaku kalau Soeharto pernah menginap tiga malam di Al Zaytun.
“Pak Harto pernah menginap tiga malam. Beliau kerasan tinggal di Al Zaytun,” tutur Panji Gumilang dihadapan Tim Investigasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Agung Sadayu mengakui secara terbuka kedekatan Panji Gumilang dengan Soeharto dan keluarga Cendana.
Bahkan disebut-sebut ada seorang wartawan yang jadi perantara untuk berbagai keperluan Al Zaytun atau Panji Gumilang dengan keluarga Cendana melalui putri sulung Soeharto, Mbak Tutut.
Menurut KH Amsori, sebuah areal dengan luas mencapai ribuan hektare dengan bangunan megah lengkap dengan berbagai fasilitas bernilai ratsuan miliar sangat tidak mungkin bila tidak memperoleh restu penguasaa saat itu.
“Ya tidak mungkinlah kalau tidakk ada restu orang kuat ketika itu. Tahun 1993, jika murni Panji Gumilang membuat pesantren sendiri, sangat tidak mungkin. Pasti ada suport dari orang kuat,” tutur KH Amsori yang mengungkapkan cerita soal Al Zaytun bagi masyarakat Indramayu ketika itu sudah seperti rahasia umum.
Selama pembangunan Al Zaytun yangs angat msif, nyaris tidak ada yang menganggu, baik dari masyarakat maupun para penguasa lokal termasuk pemerintah daerah.
“Nggak ada yang beranu mengusik,” tutur KH Amsori.
Terlepas dari masa lalunya, menurut KH Amsori, saat ini keberadaan Al Zaytun harus diakui sebagai aset.
“Sekarang harus diakui Al Zaytun itu aset. Terlepas dari bagaimana masa lalu dan proses pembangunannya. Sekarang, jika pemerintah ingin cawe-cawe tinggal cari solusi terbaik saja,” tutur KH Amsori.***