SUARA CIREBON – Di halaman depan Istana Merdeka atau Istana Negara pada Minggu 6 Agustus 2023 diadakan acara Istana Merdeka Berkebaya atau Istana Berkebaya.
Istana Berkebaya memanfaatkan momentum Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 78 (HUT RI), untuk memperkenalkan pakaian tradisional Indonesia.
Ini merupakan rangkaian kegiatan menyemarakan HUT RI ke 78 di tahun 2023 ini yang digelar di Istana Negara dengan tajuk Istana Berkebaya.
Pesan yang ingin disampaikan Istana Negara melalui event Istana Berkebaya untuk mengenalkan kembali kebaya ke masyarakat Indonesia.
Pada kebaya sebagai pakaian tradisional Indonesia, seperti dituturkan budayawan Suhu Jeremy Huang Wijaya, menyiratkan karakter dan kepribadian bangsa Indonesia.
“Seperti kata Presiden Jokowi, kebaya melambangkan karakter masyarakat Indonesia yang anggun, lemah lembut, sopan, dan bersahaja,” kata Suhu Jeremy mengutip pesan Presiden Jokowi saat gelaran acara Istana Berkebaya.
Suhu Jeremy memperhatikan, diantara beragam corak kebaya, ada hal menarik yang digunakan Ibu Negara Iriana Joko Widodo.
Ibu Negera terlihat mengenakan kebaya encim dibalut dengan motif bunga-bunga dan leuk-lekuk dengan dasar warna merah yang terlihat anggun.
Kebaya Encim, merupakan salah satu kebaya yang populer selain corak-corak lain seperti Kebaya Sunda, Kebaya Jawa, Kebaya Kalimantan, Kebaya Sulawesi, hingga Kebaya Sumatera.
Sejarah Kebaya Encim
Seputar Kebaya Encim, Suhu Jeremyu mengungkapkan bahwa Gubernur Inggris, di era kolonial, Sir Thomas Raffles dalam History of Java menulis khusus soal Kebaya Encim.
Menurut catatan Raffles, Kebaya Encim sudah ada sebelum tahun 1791 atau abad 18.
Namun ada juga yang memperkirakan sudah ada sejak jaman Raja Brawijaya, atau jaman raja-raja Kerajaan Majapahit.
Sempat menjadi trend di abad 18 dan pertama dipopulerkan oleh sejak masa kedatangan Laksmana Cheng Ho.
Kebaya Encim merupakan potongan kebaya dengan motif bordiran yang khas. Ini merupakan bentuk perpaduan budaya Tionghoa dengan budaya Jawa.
Kebaya Encim merupakan akulturasi ragam budaya Jawa yangt terbuka dengan pengaruh berbagai budaya luar, termasuk Tionghoa.
Ini bisa terlihat dari aneka motif Kebaya Encim. Ada sulaman cantik di bagian pinggir, yang digunakan wanita peranakan Tionghoa (ayah Tionghoa ibu warga setempat.
Biasanya lebih dikenal sebagai kebaya Nyonya atau Kebaya Baba karena ayahnya Tionghoa, ibunya warga setempat.
Motif Kebaya Encim yang juga populer ialah burung Hong, anyelir dan burung merak. Semua memberikan perlambang, misalnya burung merak melambangkan kebahagiaan, burung Phoenix melambangkan kesejahteraan.
Di Kota Cirebon, Kebaya Encim juga sangat populer menjadi pilihan para peremuan dalam berpakaian sejak tahun 30 sampai 80an.
“Dulu di Jln Pagongan, depan kantor Telkom sekarang, ada pembuat Kebaya Encim yang bagus dan terkenal. Namanya Nyonya Tan Tjan Boen,” tutur Suhu Jeremy.
Bordiran Nyonya Tan Tjan Boen, termasuk sulaman di pinggiran kebaya sangat rapih dan kaya akan variasi. Ini pula kenapa menjadi tren di masa itu.
Di masanya, Kebaya Encim merupakan salah satu kebaya yang banyak digunakan masyarakat menengah ke atas, etrutama di daerah perkotaan.
“Dulu, Kebaya Encim, dengan berbagai corak, motif dan variasi potongan, menjadi simbol kelas sosial,” tutur Suhu Jeremy.
Bahkan Kebaya Encim menjadi tren wanita-wanita remaja di era 30 sampai 80 an. Di kegaitan publik wanita yang mengenakan Kebaya Encim, memiliki kepercayaan diri tinggi, sama dengan kebaya-kebaya corak lain yang juga banyak diminati wanita Indonesia di masa lalu.***
Dapatkan update berita setiap hari dari suaracirebon.com dengan bergabung di Grup Telegram “Suara Cirebon Update”. Caranya klik link https://t.me/suaracirebon, kemudian join. Sebelumnya, Anda harus install dan daftar di aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.