SUARA CIREBON – Polres Indramayu akhirnya mengungkapkan fakta terbaru yang mengejutkan di balik penemuan mayat remaja di saluran irigasi Kali Sukatani di Desa Bugis, Kecamatan Anjatan.
Ada fakta miris, mengerikan sekaligus menyedihkan di balik pembunuhan korban berinisial MR (13 tahun) yang berada di balik misteri penemuan mayat remaja di Anjatan.
Saat ditemukan, mayat remaja laki-laki dalam keadaan kedua tangan terikat ke belakang, serta sejumlah bekas kekerasan di kepala korban.
Polres Indramayu sejak awal sudah menyimpulkan bahwa mayat remaja yang terapung di saluran irigasi itu korban tindak kekerasan dan pembunuhan.
Tak butuh waktu lama, setelah mayat remaja itu diperiksa di RS Bhayangkara di Losarang, Polres Indramayu mengungkap identitas korban yang bernama MR (13 tahun), warga Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunegara, Kabupaten Subang.
Polres Indramayu kemudian menangkap dan menahan ibu kandung, paman dan kakek korban MR yang hidup serumah.
Ditemuka juga sejumlah alat yang digunakan untuk melakukan pembunuhan. Ada gergaji, kabel, tongkat dan alat lain yang masih menyimpan bercak darah korban MR.
Kapolres Indramayu, AKBP Fahri Siregar lantas mengungkapkan fakta mengejutkan di balik pembunuhan yang diawali penemuan sosok mayat remaja laki-laki di saluran irigasi di Bugis, Anjatan.
“Sudah ada pengakuan. Korban MR dibunuh oleh keluarga sendiri yang selama ini hidup serumah dengan korban,” tutur Fahri Siregar.
Berdasar hasil pemeriksaan, pembunuhan MR dilakukan ibu kandungnya, wanita berusia 43 tahun berinisial N. Kemudian kakek korban, W (70 tahun) dan paman korban, berinisial S (24 tahun).
Fahri Siregar menjelaskan, pembunuhan itu diawali pada Selasa, 3 Oktober 2023 malam sekitar pukul 22.00 WIB.
Entah bagaimana, tiba-tiba korban MR, kedapatan masuk rumah namun melalui atap. Korban lalu ditegur oleh sang kakek (W) yang mengetahui perilaku aneh cucunya.
Dari pengakuan para pelaku, saat ditegur, korban MR tidak terima. MR malah marah dan memukuli kakeknya yang berusia 70 tahun.
Mendengar keributan, N, ibu kandung, langsung datang. Saat MR hendak kabur, N, si ibu sempat merengkuh tubuh MR dan langsung membantingnya.
MR terjatuh ke dipan. Merasa marah dan kesal, N lalu menampar wajah MR dan membalikan tubuh sambil menindihnya.
Sang kakek membantu N dengan memukul korban dengan tongkat dan juga gergaji ke arah kepala MR hingga sempat berdarah.
N lantas menelefon adiknya, S untuk segera pulang. S yang berperan mengikat kedua tangan keponakannya ke belakang.
N yang sudah sangat kesal dan dirasuki amarah, lantas meminjam sepeda motor tetangganya. Ia bermaksud mengantarkan anaknya, MR, dalam keadaan kedua tangan terikat ke ayahnya, atau mantan suaminya ke Kecamatan Bongas, Indramayu.
Menggunakan speeda motor Honda Beat, malam itu juga N mengantarkan anaknya dengan maksud diserahkan ke ayahnya di Bongas.
“Di tengah jalan, N berubah pikiran. Ia baru sadar dan malah ketakutan. Kalau menyerahkan anak dalam keadaan terikat dan luka, bisa dimarahi sama ayahnya yang merupakan mantan suaminya,” tutur Fahri Siregar.
Takut dimarahi dan dilaporkan ke polisi oleh mantan suaminya, N akhirnya malah memutuskan membuang anaknya ke saluran irigasi.
“Dalam pengakuannya, N sendiri yang menggotong anaknya lalu diceburkan ke saluran irigasi. Saat itu, kedua tangan korban MR masih terikat ke belakang dan dalam keadaan terluka,” tutur Fahri Siregar.
N mengaku saat nembuang anak kandungnya ke saluran irigasi masih dalam keadaan hidup. Hanya kondisinya sudah lemas dan setengah pingsan.
“Setelah membuang anaknya, N lalu kembali ke rumahnya di Parigimulya,” tutur Fahri Siregar.
Polres Indramayu tengah mencocokan keterangan pelaku dengan kondisi tubuh korban saat ditemukan.
“Memang ada kecocokan. Saat ditemukan, paru-paru korban kemasukan pasir dan tanah. Ini bisa terjadi karena saat dibuang masih dalam keadaan hidup,” tutur Fahri Siregar.
Meski telah memperoleh pengakuan, Polres Indramayu masih terus mendalami fakta-fakta lain dalam kasus pembunuhan ibu kandung terhadap anak kandung.
“Kita akan cocokan dengan pengakuan tersangka lain seperti kakek dan pamannya,” tutur Fahri Siregar.***