SUARA CIREBON – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon sudah memetakan wilayah yang berpotensi terjadi bencana selama musim penghujan nanti.
Sebagai bentuk kesiapsiagaan bencana, BPBD juga telah menyiapkan peralatan siaga banjir mulai dari tenda, perahu karet, pelampung dan peralatan lainnya.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Cirebon, Heri Purnama, mengatakan, daerah yang merupakan wilayah banjir, mayoritas dilintasi sungai-sungai besar seperti di wilayah timur yang dilintasi Sungai Cisanggarung, Sungai Cimanis dan Sungai Ciberes.
Kemudian, di wilayah barat dilintasi Sungai Ciwaringin dan di wilayah utara dilintasi aliran Sungai Bondet. Wilayah-wilayah tersebut berpotensi menjadi daerah langganan banjr setiap tahunnya.
“Sedangkan wilayah selatan, masuk kategori rawan longsor seperti Kecamatan Waled, Sedong, Beber, Sumber, Greged dan Kecamatan Dukupuntang,” ujar Heri, Senin, 27 November 2023.
Berdasarkan hasil kajian analisis risiko bencana tentang penanggulangan banjir di Kabupaten Cirebon, lanjut Heri, ancaman bencana banjir di Kabupaten Cirebon saat ini memiliki tingkat risiko bencana dengan 87 persen desa merupakan tingkat risiko banjir rendah.
Kemudian, 6 persen desa dengan tingkat risiko banjir sedang, dan desa dengan tingkat risiko banjir tinggi ada 7 persen atau sebanyak 24 desa.
Ia menyampaikan, ada empat potensi bencana di Kabupaten Cirebon seperti, banjir, longsor, puting beliung dan kebakaran. Dari 40 kecamatan di Kabupaten Cirebon, 21 di antaranya merupakan daerah rawan banjir, yakni, Kecamatan Pasaleman, Ciledug, Losari, Pabedilan, Babakan, Gebang, lemahabang, Astanajapura, pangenan, Mundu, Plumbon, Plered, Tengahtani, Gunungjati, Kapetakan, Suranenggala, Arjawinangun, Panguragan, Susukan, Gegesik, dan Kecamatan Kaliwedi.
Sementara, daerah rawan longsor terdiri dari enam kecamatan meliputi, Kecamatan Waled, Sedong, Beber, Sumber, Greged dan Kecamatan Dukupuntang. Sedangkan puting beliung kerap terjadi di Kecamatan Pabuaran, Losari, Karangsambung, Astanajapura, Palimanan, Jambang, dan Kecamatan Gegesik.
“Potensi bencana alam ini tersebar di 40 kecamatan, maka masyarakat, pihak kecamatan dan pemerintah desa agar tetap siaga setiap waktu. Sebab, karakteristik masing-masing kecamatan itu berbeda,” ujar Heri.
Apalagi, jika melihat keadaan wilayah Kabupaten Cirebon, kejadian bencana lainnya bisa saja berpotensi terjadi sewaktu-waktu tanpa diketahui. Artinya, perlu peningkatan kewaspadaan terhadap kejadian bencana.
Sebagai bentuk kesiapsiagaan bencana, pihaknya telah menyiapkan peralatan siaga banjir mulai dari tenda, perahu karet, pelampung dan peralatan lainnya. Namun, peralatan yang ada dinilai belum maksimal. Sebab, anggaran untuk BPBD hanya Rp7,2 miliar per tahun. Jumlah tersebut belum dikurangi Rp1,3 miliar untuk membayar gaji pegawai.
Meski demikian, pihaknya telah melakukan sosialisasi ke desa-desa yang rawan bencana. Bahkan ada beberapa desa yang telah dilatih sebagai desa tangguh bencana (Destana).
“Karena anggaran kita kecil, jadi baru 45 desa yang sudah melaksanakan destana, dari 412 desa dan 12 kelurahan,” kata Heri.
Ia menjelaskan, bulan lalu BPBD bersama Camat Waled meninjau aliran sungai yang sering banjir. Hasilnya, banjir sekarang sudah mulai menurun dari tahun sebelumnya 38 kali per tahun, kini menjadi 13 kali per tahun.
Untuk mengurangi banjir, pihaknya juga meminta bantuan PUTR untuk pengerukan sedimentasi di aliran sungai tersebut.
Dalam penanganan bencana nanti, pemerintah daerah akan bekerjasama dengan Polresta Cirebon dan Kodim 0620 Kabupaten Cirebon. Sementara poskonya sendiri tetap dipusatkan di kantor BPBD dan di lokasi dekat kajian.***
Dapatkan update berita setiap hari dari suaracirebon.com dengan bergabung di Grup Telegram “Suara Cirebon Update”. Caranya klik link https://t.me/suaracirebon, kemudian join. Sebelumnya, Anda harus install dan daftar di aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.