SUARA CIREBON – Kabut tebal di wilayah panas pantura Kabupaten Indramayu sebenarnya merupakan fenomena biasa. Hanya saja jarang terjadi.
Orang Indramayu menyebutnya Kamididing. Yakni saat suhu udara di Indramayu relatif lebih rendah di bawah normal, biasanya ditandai dengan kemunculan kabut.
Kamididing, menurut tokoh masyarakat Indramayu, Saptaguna, terjadi biasanya saat musim kemarau. Ditandai kemunculan kabut di pagi hari.
“Kamididing biasanya justru saat musim kemarau. Pertengahan tahun. Ditandai tiba-tiba muncul kabut di pagi hari,” tutur Saptaguna.
Saat kamididing atau ketika kabut turun, suhu udara terasa lebih dingin, di bawah rerata normal wilayah pantura Indramayu.
“Kamididing itu biasanya musim pohon mangga berbunga. Pertengahan tahun menjelang atau saat mau masuk musim kemarau,” tutur Saptaguna.
Kemunculan kabut pada Rabu, 20 Maret 2024, menurutnya fenomena biasa. Hanya memang sangat jarang terjadi.
“Cuma masalahnya ini lagi musim hujan. Apakah ini tanda mudim hujan mau berakhir,” tutur Saptaguna.
Seperti diketahui, fenomena alam yang sangat jarang terjadi di Kabupaten Indramayu pada Rabu pagi, 20 Maret 2024. Sejumlah kecamatan di wilayah pantura Jabar itu dilaporkan berkabut.
Fenomena Indramayu berkabut terjadi di sejumlah kecamatan di wilayah tengah, barat dan selatan.
Warga mengaku kaget dengan cuaca pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB sampai 07.00 WIB saat daerahnya berkabut cukup tebal.
“Suasananya mirip di pegunungan. Kaya di Tangkubanparahu atau Dieng,” tutur warga di Kecamatan Lelea.
Sejumlah warga lainnya melaporkan, kabut tebal terjadi di Lelea, Cikedung hingga Terisi.
Kemudian terlihat di kecamatan wilayah selatan seperti Bongas, Gabuswetan sampai perbatasan dengan Kandanghaur.
Warga mengaku merasakan hawa sangat dingin dan udara basah. Bahka jarang pandang terganggu akibat kabut yang cukup tebal.
“Pantas saja, sejak sahur sampai subuh, terasa banget dinginnya. Ternyata saat keluar rumah, udara berkabut,” tutur Bambang (48 tahun), warga Desa/Kecamatan Terisi yang daerahnya berbatasan dengan wilayah hutan jati.
Warga lain sempat mengecek di handphone, sekitar pukul 06.30 WIB, suhu udara di daerahnya di perbatasan Bongas dengan Gabuswetan antara 23 sampai 25 derajat.
“Dingin banget. Terasa memang sejak subuh,” tutur Arif (37 tahun), warga Drunten Wetan, Gabuswetan.
Fenomena Indramayu berkabut tebal itu juga sempat diabadikan oleh sejumlah warga. Bahkan sempat viral di kalangan warga setempat.
Sebuah video amatir yang dikirimkan warga menunjukan sepanjang jalan yang dilalui dari mulai Tugu sampai Pasar Lelea, dipenuhi kabut tebal. Terlihat jarak pandang hanya sekitar 20 sampai 25 meter akibat kabut tebal yang menyelimuti sepanjang jalan yang melewati areal persawahan tersebut.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.